Kisah Keteladanan Pak Natsir akan Diangkat ke Layar Lebar

Jakarta (SI Online) – Bertepatan dengan peringatan 117 tahun kelahiran Mohammad Natsir, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) bersama Yayasan Kapita Selekta Mohammad Natsir resmi memulai proses produksi film biopik tentang tokoh besar bangsa itu.
Kick-off produksi digelar pada 17 Juli 2025 di Jakarta, menandai dimulainya sebuah proyek besar untuk mengenang dan menyebarluaskan keteladanan Natsir kepada generasi masa kini.
Dalam acara tersebut, secara simbolis, poster film diserahkan oleh Ketua Umum DDII, Dr. Adian Husaini, dan putri kelima Mohammad Natsir, Aisyatul Asyriah, kepada produser eksekutif film, Ustadz Erick Yusuf, seorang dai kreatif, pemimpin pesantren, sekaligus seniman yang dikenal melalui karya-karya dakwahnya yang inovatif.
Mohammad Natsir dikenal sebagai pahlawan nasional yang memiliki jejak panjang sebagai negarawan, ulama, pendidik, dan jurnalis. Ketokohannya diakui tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di panggung dunia.
Natsir menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia pada 5 September 1950 – 26 April 1951. Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Penerangan. Pada 1967, bersama sejumlah tokoh Masyumi ia mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) yang masih eksis hingga sekarang.
Natsir pernah menerima penghargaan bergengsi seperti Grand Gordon Star dari Raja Tunisia, King Faisal International Prize dari Arab Saudi, serta sejumlah gelar kehormatan dari universitas ternama di Libanon dan Malaysia.
Salah satu jasa terbesar Natsir yang tercatat dalam sejarah adalah saat ia mengajukan Mosi Integral di parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 3 April 1950. Mosi inilah yang menjadi dasar kembalinya Indonesia ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), setelah sebelumnya terpecah dalam bentuk negara bagian.
Di mata keluarga, Natsir bukan hanya tokoh besar bagi bangsa, tetapi juga teladan dalam kehidupan pribadi.
“Ayah adalah sosok pelindung dan kepala keluarga yang luar biasa. Sejak kecil kami diajarkan untuk hidup sederhana, rendah hati, dan disiplin,” ujar Aisyatul Asyriah.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Adian Husaini menambahkan Natsir bukan hanya brilian dalam gagasan dan pemikirannya tentang konsep-konsep pendidikan, kenegaraan dan kebangsaan, namun yang paling esensial adalah ia juga sangat cemerlang dalam keteladan baik dari sisi perkataan, sikap, perilaku, hingga perbuatan.
“Keistimewaan Natsir bukan hanya pada ide dan gagasannya soal pendidikan atau kebangsaan, tapi pada integritasnya sebagai pribadi. Ia konsisten antara kata dan perbuatan. Natsir merupakan negarawan, dai, dan guru teladan bagi bangsa.”
Sementara itu, Erick Yusuf mengungkapkan memfilmkan sosok sebesar Natsir adalah tantangan tersendiri.
“Ini bukan hanya soal membuat film, tapi menjaga akurasi sejarah, membungkus nilai dalam estetika, dan menyampaikan keteladanan dengan jujur. Kami ingin menghadirkan figur pejuang yang ikhlas, pemimpin yang sederhana, dan pribadi yang teguh dalam membela kebenaran, meski berisiko besar,” jelasnya.
Film ini diharapkan menjadi pengingat sekaligus inspirasi bagi masyarakat Indonesia, bahwa di balik lembaran sejarah ada keteladanan yang perlu terus dihidupkan.[]