OPINI

Kisah Para “Muallaf” Politik: Tobatnya Para Pendukung Jokowi

Story Highlights
  • Berbeda dengan para pendukung Jokowi yang menyatakan menyesal dan taubatan nasuha, para pendukung Prabowo menyeberang dengan motivasi berbeda.

Keempat, pendukung Jokowi yang memutuskan tidak akan memilih, golput (golongan putih).

Pasangan suami istri ketua sebuah lembaga advokasi hukum dan HAM di Jakarta mengaku malu telah mendukung Jokowi. Mereka golput dan sedang mencari-cari beasiswa keluar negeri.

Termasuk dalam kelompok ini adalah pendukung garis keras Ahok atau lebih dikenal sebagai Ahoker. Mereka sangat kecewa karena Jokowi memilih Ma’ruf Amin sebagai cawapres. Sebagai Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin mengeluarkan fatwa bahwa Ahok penista agama.

Ahokers kebanyakan merupakan etnis Cina dan non-muslim akan lebih memilih berlibur meninggalkan Jakarta saat pilpres 17 April. Mereka inilah yang saat ini secara mati-matian coba dirangkul Jokowi kembali.

Klaim Jokowi bahwa terwujudnya MRT di Jakarta merupakan keputusan politiknya bersama Ahok, merupakan signal politik. Dia mencoba mengirim pesan bahwa Ahok tidak dia tinggalkan.

Setelah menikah dengan seorang bintara polisi, Ahok kabarnya diminta meninggalkan Indonesia sampai pilpres berakhir. Ada kekhawatiran kehadiran Ahok —apalagi bila dia terlibat dalam kampanye— akan membuat umat Islam kian antipati kepada Jokowi. Sebaliknya “penyingkiran” sementara Ahok, membuat para pendukungnya tambah kecewa terhadap Jokowi.

Bukan berarti migrasi pemilih ini hanya terjadi pada Jokowi. Hal yang sama juga terjadi pada para pendukung Prabowo. Namun jumlahnya sangat sedikit, dan motivasinya berbeda.

Di kubu Prabowo antara lain ada artis Raffi Ahmad, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, mantan Gubernur NTB Zainul Majdi, dan pemilik jaringan stasiun TV MNC Harry Tanoesoedibyo.

Berbeda dengan para pendukung Jokowi yang menyatakan menyesal dan taubatan nasuha, para pendukung Prabowo menyeberang dengan motivasi berbeda. Ada yang karena motivasi bisnis, kalkulasi politik dan terjerat masalah hukum. Ridwan Kamil motivasinya perpaduan antara politik dan hukum. Zainul Majdi dan Harry Tanoe karena masalah hukum.

Melihat banyaknya jumlah pendukung yang menyeberang dan motivasi yang melatar-belakangi, migrasi politik ini akan sangat menggerogoti jumlah pemilih Jokowi. Di kalangan masyarakat kelas bawah dan aparatur negara banyak yang menyesal memilih Jokowi. Tapi mereka hanya diam. Tak berani bersuara.

Ini hanya soal waktu saja. Pintu tobat akan selalu terbuka! end.

Hersubeno Arief

sumber: hersubenoarief.com

Laman sebelumnya 1 2 3 4

Artikel Terkait

Back to top button