RESONANSI

Kisah Zendo: Filosofi Duren Lutfy Azizah dan Ojol Muhammadiyah

“Adapun tentang syarat dan ketentuan bagi tim dan driver Zendo yang tersebar di publik, itu adalah bagian dari hasil perahan pengalaman kami merespons kondisi riil lapangan, seperti kasus penipuan, motivasi kerja, dan standar pelayanan,” tulis Ghufron melalui akun X miliknya (15/01/2025).

Secara umum, Lutfi menyebut perjalanannya membesarkan Zendo seperti memelihara pohon duren.

“Prosesnya lama, tak bisa sekejap. Tapi begitu mulai ada putik buah duren, aromanya menyenangkan bagi yang suka duren. Sedangkan bagi yang tidak suka duren, seenak apapun rasa duren, tetap saja mereka tidak akan mau,” katanya bermajas. “Ya, tidak apa-apa karena tidak semua orang juga harus suka duren”.

Barangkali filosofi duren ini ada benarnya. Sebab meski kritik belum sepenuhnya reda, tetapi jumlah pengemudi Zendo di pelbagai daerah terus bertambah, seperti ditampilkan beberapa orang di antara mereka pada siniar Pecah Telur.

Tapi, berapa sih kekayaan mantan guru honorer ini sekarang setelah dibantu Muhammadiyah? Lutfi tertawa lebar.

“Saya masih belum bisa beli tanah, bahkan belum punya rumah sendiri,” katanya. “Kebahagiaan saya adalah karena bisa menjalankankan UMKM kerakyatan yang membantu banyak orang.” Nah!

Bagi Lufty, ini juga salah satu caranya menerapkan pesan masyhur KH Ahmad Dahlan ‘hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan cari kehidupan di Muhammadiyah’. Lutfy menarik napas sejenak. “Dulu saya mencari nafkah di Muhammadiyah, sekarang alhamdulillah sudah bisa sebaliknya.” []

12 Februari 2025

Akmal Nasery Basral, Sosiolog dan penulis novel sejarah ‘Sang Pencerah’ (Mizan, 2010), tentang kisah KH Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah.

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button