Konsep Pembangunan dalam Islam Berbeda dengan Pemikir Barat
Istilah pembangunan ekonomi yang dimaksudkan dalam Islam adalah the process of allaviating poverty and provision of ease,comfort and decency in life (Proses untuk mengurangi kemiskinan serta menciptakan ketentraman, kenyamanan dan tata susila dalam kehidupan). Dalam pengertian ini, maka pembangunan ekonomi menurut Islam bersifat multi dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Tujuannya bukan semata-mata kesejahteraan material di dunia, tetapi juga kesejahteraan akhirat. Keduanya menurut Islam menyatu secara integral (Mahrusy, 2009).
Sementara itu perspektif lain disampaikan oleh Muhammad (2010). Dengan menggunakan pendekatan Ibnu Khaldun, ia menyimpulkan bahwa pembangunan ekonomi yang ideal adalah yang mampu memenuhi kebutuhan dasar seluruh umat manusia (basic needs), dan ‘dematerialisasi’. Sebaliknya, fenomena konsumsi berlebihan (overconsumption), korupsi moral dan keserakahan ekonomi adalah indikator awal kejatuhan sebuah peradaban (civilization).
Dalam ekonomi Islam, kewirausahaan (entrepreneurship) sangat didorong. Begitu pula penggunaan teknologi mutakhir (Sadeq, 1987). Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan tidak dibedakan. Artinya,tidak ada pertentangan yang terjadi antara nilai-nilai Islam dengan nilai yang ekonomi pembangunan inginkan (Ahmad, 2000). Meskipun pada faktanya banyak negara yang berkembang adalah negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim.
Lantas seperti apa masyarakat yang bisa merasakan sejahtera di negaranya sendiri? Kesejahteraan yang dapat dirasakan oleh masyarakat di negaranya dapat diukur dengan menjaga keamanan dan ketertiban di negaranya sendiri. Merasakan kebahagian yang sesungguhnya, tidak akan mungkin kesejahteraan dapat diraih bila masyarakatnya dihinggapi rasa takut dan cemas di negaranya sendiri. Masyarakat disebut sejahtera apabila friksi dan konflik destruktif antarkelompok dan golongan dalam hidup bermasyarakat bisa dicegah dan diminimalisir. Tidak akan terjadi suatu kesejahteraan ditengah-tengah masyarakat jika masih tersangkut dengan sistem yang batil dan kepemimpinan yang tidak menerapkan Islam kedalam kehidupan.
Jika ingin melihat suatu keberhasilan dalam pembangunan yaitu dengan cara melihat masyarakat setempat yang merasakan seperti apa ketenangannya ketika pembangunan itu terlaksana. Dan dalam sistem Isalam cara kerja yang berintegritas menjadi syarat mutlak bagi para pemangku kebijakan yang selalu berkarya lebih untuk negaranya seperti sabda rasul berikut ini. Rasullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai orang mukmin yang berkarya.” (HR. Baihaqi).
Maka dari itu sudah seharusnya kita memperjuangkan tegaknya Khilafah Islamiyah kembali ditengah-tengah kehidupan yang sudah tidak lagi menjadikan Islam sebagai pacuan untuk menjalankan kehidupan. []
Nur Azizah
(Aktivis Muslimah Jakarta Utara)