OASE

Konsistensi dan Aktivitas Bermakna: Resep Sains dan Islam untuk Generasi Tangguh

“Kita tidak butuh motivasi sesaat. Kita butuh konsistensi.”

Itulah nasihat yang relevan untuk generasi muda Muslim hari ini. Di tengah dunia yang serba cepat, tak pasti, dan penuh distraksi, satu nilai yang terbukti menguatkan jiwa dan fisik adalah konsistensi dalam rutinitas dan keterlibatan dalam aktivitas bermakna.

Kabar baiknya: Islam telah menekankan pentingnya amal yang konsisten sejak lebih dari 14 abad lalu. Kabar baik berikutnya: ilmu pengetahuan modern juga telah membuktikan bahwa konsistensi dan aktivitas bermakna berdampak besar pada kesehatan mental, kepercayaan diri, dan ketahanan diri.

Islam dan Sains: Sepakat bahwa Konsistensi adalah Kunci

Nabi Saw bersabda: “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling konsisten, meskipun sedikit.” (HR. Bukhari no. 6465)

Rasulullah Saw tidak hanya menyuruh umatnya untuk rajin, tapi juga konsisten. Dalam sains modern, manfaat dari rutinitas yang stabil sudah dibuktikan oleh banyak riset.

Studi dari Couto‑Pereira et al. (2024) menunjukkan bahwa orang yang memiliki rutinitas harian yang konsisten cenderung memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah. Mengapa? Karena konsistensi memberi rasa stabil, teratur, dan terkendali dalam hidup.

Sebaliknya, rutinitas yang kacau atau tidak stabil justru terbukti berhubungan dengan meningkatnya gejala gangguan mental (Liu et al., 2024). Jadi, rutinitas bukan sekadar gaya hidup—ia adalah bentuk self-care dan ibadah.

Konsistensi Melahirkan Kompetensi dan Percaya Diri

Banyak anak muda kehilangan arah karena mudah menyerah, terlalu banyak mencoba tanpa menyelesaikan, dan selalu menunggu “motivasi datang”. Padahal, konsistensi kecil jauh lebih efektif daripada motivasi besar yang sesekali.

Sains menyebut bahwa mengulangi aktivitas tertentu secara teratur membuat otak lebih terlatih dan efisien. Kita menyebut ini sebagai neuroplastisitas.

Jika kamu belajar Al-Qur’an 10 menit tiap hari, dalam sebulan kamu tidak hanya lebih paham, tapi juga akan merasa lebih mampu dan percaya diri. Psikolog Albert Bandura menyebut ini sebagai “mastery experience”—keberhasilan kecil yang berulang membentuk rasa percaya diri yang otentik (Bandura, 1977).

Aktivitas Bermakna: Sumber Energi Jiwa

Tak cukup hanya sekadar rutinitas. Rutinitas itu harus bermakna.

Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas bermakna seperti olahraga, membaca, membantu orang lain, atau mengaji, terbukti membantu meredakan depresi dan kecemasan.

Sebuah tinjauan ilmiah (Wolf et al., 2021) menyimpulkan bahwa aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan gejala depresi dan kecemasan hingga 34%. Bahkan di kalangan remaja, mereka yang aktif secara fisik cenderung lebih sehat secara mental (Murphy et al., 2020).

Aktivitas bermakna juga bisa berasal dari kegiatan sosial, pengabdian, dan pengembangan diri. Dalam Islam, semua kegiatan yang diniatkan karena Allah—meski sederhana—bisa bernilai ibadah.

Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” HR. Ahmad)

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button