Kontroversi Partai Gelora
Bersama Anis ada Waketum Fahri Hamzah, Sekjen Mahfudz Sidiq, Bendum Achmad Rilyadi. Semuanya mantan pentolan PKS.
Ada nama-nama lain, figur populer seperti Ketua DPP Bidang Seni Budaya Deddy Mizwar, mantan politisi PPP dan peragawati senior Ratih Sanggarwati.
Selain mereka, ada satu figur yang tampilannya cukup mencolok dan mencuri perhatian. Posisinya persis berdiri di sebelah kanan Anis Matta ketika memberi penjelasan ke media.
Namanya Aubrey Dian Agustin, generasi muda Gelora. Aubrey lulusan master dari Sekolah Bisnis ITB itu tampil tanpa jilbab.
Cukup menarik dan unik. Mantan petinggi partai dakwah, mendirikan partai Islam (PKS partai berasas Islam, sedangkan Partai Gelora berasas Pancasila; red), tapi kadernya tidak berjilbab. Kalau menggunakan terminologi PKS, tidak syar’i.
Tampilan Aubrey cukup menjelaskan posisioning Gelora, berbeda dengan PKS. Lebih terbuka.
Kemarahan publik
Kemarahan publik —utamanya kelompok keumatan— semakin menyadarkan kita, betapa dalamnya pembelahan yang terjadi di tengah masyarakat.
Pada Pilpres lalu mereka mayoritas berdiri di belakang paslon Prabowo-Sandi (02). Lawan sengit Jokowi-Ma’ruf (01).
Residu Pilpres antara kelompok pendukung paslon 01 vs 02, atau biasa dikenal sebagai cebong vs kampret, masih terus berlanjut hingga kini. Intensitasnya bahkan semakin meningkat.
Salah urus dan kegagalan pemerintah menangani pandemi, memunculkan spesies baru bernama Bongpret. Mereka adalah para pendukung Jokowi yang kecewa. Menjadi pengkritik keras rezim, kendati tidak bergabung dengan kelompok oposisi.