Kontroversi yang Dibuat Yaqut Sebelum Gonggongan Anjing
Banyak kontroversi yang dibuat Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Oktober 2018 Yaqut yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum GP Ansor dilaporkan ke polisi karena ‘mendukung’ pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid yang dilakukan anak buahnya di Garut. Yaqut beralasan bendera yang dibakar itu adalah bendera HTI, organisasi yang dilarang pemerintah.
Seperti diketahui Yaqut adalah sosok yang sering memusuhi HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dan FPI (Front Pembela Islam). Dua organisasi yang akhirnya dilarang oleh pemerintah Jokowi.
Setelah menjadi Menteri Agama (Desember 2020), Yaqut juga banyak membuat kontroversi. Pertama adalah ketika ia ‘mendukung’ keberadaan Ahmadiyah dan Syiah di Indonesia. Padahal di tanah air mayoritas masyarakat Islam menganut paham ahlus sunnah wal jamaah.
Yaqut juga pernah melontarkan pernyataan bahwa untuk acara Kemenag, semua agama yang diakui di Indonesia diberikan kesempatan yang sama untuk memberikan doa. Yaqut mengatakan,”Pagi hari ini saya senang Rakernas dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Ini memberikan pencerahan sekaligus penyegaran untuk kita semua. Tapi akan lebih indah lagi jika doanya semua agama diberikan kesempatan untuk memulai doa,” ujarnya.
Selain itu, Yaqut juga juga pernah menyampaikan ucapan selamat hari raya Nawruz ke komunitas Baha’i. Padahal agama Baha’i tidak diakui di Indonesia.
Menteri Agama ini juga melakukan pujian berlebihan kepada artis Cinta Laura yang memberikan pidato pada acara Aksi Moderasi Beragama, akhir September 2021 lalu. “(Cinta Laura) memberikan speech yang luar biasa dan menginspirasi, tidak banyak anak muda yang bisa memberikan dan mampu memberikan pidato dengan makna sedalam itu, ujar Yaqut. Ia juga menyatakan hampir nangis karena pidato Laura yang berkesan itu.
Masyarakat banyak mengeluh dengan dihadirkannya Cinta Laura di acara itu. Karena artis ini sering berpakaian minim bila menyanyi. Selain itu, pidatonya juga membahayakan generasi muda. Karena ia mengagungkan paham relativisme. Paham yang menyatakan kebenaran tidak dapat dijangkau manusia, karena yang memahami kebenaran hanya Tuhan. Paham ini bertentangan keras dengan Islam. Karena umat Islam dapat memahami langsung kebenaran lewat Al-Qur’an, Hadits atau ijtihad ulama yang shalih.
Oktober 2021, Yaqut menyatakan bahwa kementerian agama adalah hadiah negara untuk NU. Setelah mendapat pertentangan keras dari tokoh-tokoh Islam di tanah air, Yaqut membela diri. Ia katakan bahwa pernyataannya itu berlangsung di kalangan internal NU dan tujuannya untuk memberi semangat para santri dan pondok pesantren. Hal inipun banyak diprotes masyarakat, karena acaranya itu beredar luas di youtube, dan harusnya Yaqut minta maaf bukan malah membela diri dari kesalahan yang dibuatnya.
Yang terakhir adalah Yaqut menganalogikan suara adzan dengan gonggongan anjing. Entah apa yang ada dalam kepala Yaqut, adzan kok dibandingkan dengan beguk anjing. Gonggongan anjing ‘tidak mempunyai makna’, atau membuat orang ketakutan. Sedang suara adzan adalah maknanya sangat dalam dan membuat orang ingat waktu untuk beribadah kepada Allah yang menciptakannya. Bahkan seorang teman saya cerita, ada orang kafir yang berterima kasih kepada suara adzan Subuh karena itu membangunkannya di waktu pagi.
Bila dicemati, kontroversi yang dibuat Yaqut ini berpangkal pada paham ‘pluralisme agama yang dipeluknya’. Selama Yaqut memeluk paham ini, maka ia tidak akan serius memperjuangkan aspirasi umat Islam Indonesia.
Apalagi ia telah menyatakan terus terang bahwa agama harus dijadikan sebagai inspirasi dalam pembangunan bangsa, bukan sebagai aspirasi. Harusnya sebagai Muslim, Menteri Agama menjadikan Islam sebagai aspirasi dan inspirasi, bukan inspirasi semata. Memang kementerian agama menaungi enam agama di Indonesia, tapi bukankah Islam agama mayoritas penduduk Indonesia? Wallahu alimun hakim. []
Nuim Hidayat, Dosen Akademi Dakwah Indonesia Depok