Kota Bandung Darurat HIV/AIDS, Apa Solusinya?
“Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang terlebih dahulu aman lagi tenteram, rezekinya datang melimpah ruah dari suatu tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian dan jaringan, karena apa yang selalu mereka perbuat,” (QS. An-Nahl: 112)
414 mahasiswa di Bandung terkonfirmasi terpapar HIV/AIDS. Prof Zubairi Djoerban, seorang dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (Kanker) dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), buka suara soal laporan data ratusan mahasiswa Bandung terinfeksi HIV.
Dalam pernyataan beliau mengungkapkan bahwa, kalangan mudah dan remaja khususnya mahasiswa memang lebih rentang terkena virus HIV ini, dikarenakan faktor pergaulan bebas yang menjadi trend di usia-usia tersebut dikaitkan dengan banyaknya perilaku seks berisiko hingga penggunaan narkotika.
“Kenapa? Karena waktu kita muda dulu kan selalu ingin mencoba-coba yang baru. Jadi perilaku remaja ingin mencoba narkotika dan dengar-dengar atau terpengaruh mengenai hubungan seksual,” terang Prof Zubairi saat ditemui Gedung Dr R Soeharto, Kantor PB IDI, Jakarta Pusat, (DetikHealth, Rabu, 31/9/2022).
Karena Apa dan Tanggung Jawab Siapa?
Lemahnya sistem kepengurusan individu dan kontrol masyarakat yang berlaku saat ini, menjadi sebab terjadinya kerusakan dalam tatanan masyarakat bahkan suatu negeri. Sistem sekularisme buktinya, yang merupakan suatu paham atau ideologi yang dianggap menyesatkan. Agama tidak dapat mencampuri urusan duniawi. Di dalam sistem sekuler, pemerintah pun juga tidak dapat mencampuri urusan agama bahkan sebaliknya.
Akibat sistem sekuler ini pula pergaulan dan sex bebas menjamur dalam kehidupan sosial. Hilangnya peran agama yang harusnya menjadi salah satu kontrol perbuatan individu bahkan kelompok dalam sebuah masyarakat, menjadikan HIV/AIDS meningkat setiap tahunnya. Wajar saja jika masyarakat berpikir “kebebasan merupakan sebuah landasan untuk melakukan perbuatan semaunya.”
Atas dasar ini akhirnya membuat individu abai terhadap dirinya sendiri hingga tidak mementingkan rasa malu dan norma agama dalam kehidupannya. Pun para penguasa dan pemerintah suatu negeri, dengan berlakunya sistem sekuler ini mereka beranggapan bahwa tidak perlu terbebani dengan masalah sosial yang akan timbul di masyarakatnya, yang akhirnya membuatnya lalai akan tanggung jawabnya dalam mengurus rakyat.
Padahal ini merupakan dosa investasi bagi para pemimpin dan penguasa suatu negeri. Bayangkan saja terhadap suatu kebijakan yang diputuskan dan diberlakukan seorang pemimpin negeri, akan mempengaruhi semua lini kehidupan dalam suatu negeri.
Begitu juga dalam penerapan suatu sistem dalam masyarakatnya, jika yang diterapkan adalah sistem kufur dan lemah maka hasilnya pun akan rusak, bahkan segala kerusakan dan dosa yang diperbuat oleh masyarakatnya akan dipertanggung jawabkan dikarenakan keputusan dan kebijakan yang telah diterapkannya. Kepemimpinan tidak bisa dipisahkan dengan sistem yang berlaku dalam sebuah wilayah atau negeri.
Berdasarkan data hingga saat ini baru 414 yang telah positif HIV/AIDS, bahkan jumlah itu baru data mahasiswa untuk wilayah Bandung, bagaimana dengan masyarakatnya diluar dari mahasiswa, yang berada di luar bandung bahkan seluruh wilayah RI yang saat ini tidak diketahui sama sekali, maka sudah menjadi tanggung jawab pemimpin dan pemerintah dalam hal meriayah masyarakatnya agar tidak terpapar HIV akibat kerusakan sistem yang diterapkan.