KPA: Hukum Mati Pembunuh Doktor Fadi Al-Batsy
Jakarta (SI Online) – Sejumlah organisasi massa Islam yang tergabung dalam Koalisi Pembebasan Al Aqsha (KPA) turut bela sungkawa yang sedalam dalamnya atas pembunuhan terhadap Dr. Fadi Muhammad Al-Batsy, ulama dan tokoh asal Gaza, Palestina yang diduga dibunuh oleh agen Mossad di Malaysia.
“Insyaallah beliau wafat sebagai syuhada,” ungkap Ketua KPA KH Shabri Lubis dalam konferensi pers di gedung Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII) Jl Kramat Raya 45, Jakarta Pusat, Selasa (24/4/2018).
Kyai Shabri mengatakan, pembunuhan tersebut sangat terencana dan disinyalir dilakukan oleh organisasi intelijen Mossad melalui agen agen mereka yang tersebar diberbagai belahan dunia.
“Kita sama mengetahui bahwa Mossad sebagai organisasi intelijen Israel laknatullah, sudah terpola dan menjadi kebiasaan mereka melakukan pembunuhan aktifis Palestina di berbagai belahan dunia,” jelasnya.
Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) itu menjelaskan, operasi assasination oleh Mossad adalah tugas resmi dari pimpinan negara Israel.
“Oleh karena itu sudah seharusnya pimpinan politik Israel seperti Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan dan Direktur Mossad di seret ke Mahkamah Pidana Internasional sebagai pelaku Kejahatan Kemanusiaan (Crimes Againts Humanity),” ujarnya.
Kepada Malaysia, KPA menyerukan agar segera menemukan pelaku pembunuhan tersebut dan menghukum mati pelaku serta mendorong upaya Internasional untuk menempatkan Israel sebagai Terorism sponsor state.
Selain itu, kata Kyai Shabri, KPA juga mengimbau pemerintah Indonesia untuk mewaspadai dan melakukan operasi kontra intelijen terhadap operasi Intelijen oleh Mossad di dalam wilayah Indonesia serta bersikap lebih konkrit dalam menghentikan penjajahan zionis Israel terhadap Palestina.
Dalam konferensi pers tersebut, selain Kyai Shabri, hadir pula KH Bachtiar Nasir (Pimpinan AQL), H Mohammad Siddiq (Ketum DDII), Ustaz Zaitun Rasmin (Ketum Wahdah Islamiyyah), Munarman SH (Sekum FPI, Advokat Senior), Ustaz Ahmad Syuhada (Az Zikra), dan Ustaz Muhammad Furqan (Persis).
red: adhila