Kuat Dugaan China Mau Buat Senjata Biologi
Mungkinkah China sedang dalam proses membuat senjata biologi? Pertanyaan ini wajar dimunculkan mengingat negara komunis ini sangat berambisi membangun tujuh unit laboratorium (lab) biosafety (BSL) level 4 atau BSL-4. Lab jenis ini dilengkapi sistem keselamatan dan pengamanan maksimum untuk melakukan penelitian dan eksperimen virus-virus atau kuman-kuman yang paling berbahaya.
China baru memiliki satu BSL-4. Secara kebetulan berada di Wuhan –tempat munculnya virus Corona (2019-nCoV) yang sedang menggegerkan dunia saat ini. Tetapi, China bertekad untuk membangun 7 unit BSL-4 menjelang 2025. Mengapa China sangat ingin memiliki begitu banyak lab BSL-4 dengan sistem biocontainment (kurung bio) maksimum?
BSL-4 di Wuhan (yang resmi bernama Wuhan National Biosafety Laboratoty) baru mendapatkan akreditasi nasional dan internasional pada bulan Agustus 2017. Satu BSL-4 sedang menunggu akreditasi. Berlokasi di Harbin, ibukota provinsi Heilongjiang, China selatan. Kemudian, dua lagi akan dibangun di Beijing dan Kunming. Sampai akhirnya pada 2025 China memiliki tujuh BSL-4.
BACA: Virus Corona, Senjata Biologi China yang Bocor?
Sebelum diteruskan, sebentar kita pahami penjenjangan internasional lab biologi.
Ada BSL-1 (level 1) yang biasanya digunakan untuk zat-zat yang tidak menyebabkan penyakit pada orang dewasa. Tidak menimbulkan bahaya terhadap lingkungan.
Ada BSL-2 (level 2), yaitu lab yang digunakan untuk virus atau kuman yang menjadi penyebab penyakit pada manusia tetapi tidak serius. Dan penyakit yang ditimbulkannya bisa diobati.
Kemudian, ada BSL-3 (level 3). Yaitu, lab yang dirancang untuk menangani zat atau virus yang menyebabkan penyakit serius dan mengancam nyawa. Berisiko tinggi untuk perorangan, tapi risiko rendah untuk khalayak. Masih mungkin dicegah dan diobati. Di lab ini, semua ilmuwan yang bekerja diwajibkan mengenakan pakaian dan peralatan pelindung (mirip ‘suit’ astronot). Mereka bekerja di bawah tekanan udara negatif. Lab diisolasi dari gedung-gedung lain. Pintu lab harus jauh dari pintu masuk komplek.
Yang terakhir adalah BSL-4 (level 4). Sangat serius standar keamanan dan keselamatannya. Lab ini digunakan untuk zat atau virus yang menyebabkan penyakit maut. Berisiko tinggi untuk perorangan maupun khalayak. Tidak ada pencegahan atau obat yang tersedia. Lokasi lab harus terisolasi total. Para ilmuwan yang bekerja di lab harus mengenakan jaket (pakaian) pelindung yang betekanan positif. Mereka harus diguyur shower sebelum memakai dan melepas ‘suit’ pelindung dan kemudian mereka mandi sebelum meninggalkan lab.
Pakaian lab yang telah disiram, dimusnahkan. Pintu masuk lab berlapis. Setelah pintu pertama, ada pintu kedua. Untuk memastikan tidak ada ‘escape’ (kebocoran). Setelah pekerjaan usai, udara di lab harus difilter sebelum dilepas ke luar. Begitu juga air yang digunakan harus disterilkan sebelum dibuang. Fasilitas BSL-4 dibangun dengan standar ‘state of the art’ (sangat bagus dan serba terbaik). Untuk membangun satu unit diperlukan waktu sekitar 10 tahun. BSL-4 biasanya digunakan untuk diagnose, riset dan pengembangan obat antivirus dan vaksin.
Itulah tingkat-tingkat lab biosafety.
Kembali ke tekad China untuk membangun 7 unit BSL-4. Richard Ebright, biolog molekuler di Rutgers University di Piscataway, New Jersey, Amerika Serikat (AS), tidak yakin China daratan memerlukan lebih dari satu BSL-4. Dia curiga penambahan jumlah BSL-4 itu bertujuan untuk mengimbangi jaringan lab sejenis yang dimiliki AS dan Eropa.
Nah, untuk apa jaringan BSL-4 AS dan Eropa harus diimbangi? Mungkin saja langkah ini termasuk “lomba hebat”. Tetapi, sangat besar kemungkinan kelebihan kapasitas lab canggih itu akan digunakan untuk membuat senjata biologi.
Kecurigaan ini sangat beralasan. Aspek ketegangan politik China dengan negara-negara lain diperkirakan mendorong mereka untuk memiliki banyak BSL-4. Sisi ini yang sangat mencemaskan. China bisa saja secara rahasia mengembangkan senjata biologi untuk melumpuhkan lawan-lawannya. Ketika China menyerang musuh dengan senjata terlarang ini, mereka sendiri sudah menyiapkan antivirus atau vaksinnya.
Ada sisi lain juga. Menurut Tim Trevan, pendiri CHROME Biosafety and Biosecurity Consulting di Damascus, Maryland, AS, China memburu pembangunan 7 unit BSL-4 itu untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka bisa bersaing di bidang biologi. “Jaringan BSL-4 itu adalah lambang status biologi, baik itu diperlukan atau tidak,” kata Trevan.
BSL-4 biasanya digunakan untuk diagnose, riset dan pengembangan obat antivirus dan vaksin. Termasuk virus Ebola, SARS, virus demam berdarah Krimea-Kongo, virus Nipah, virus Hendra, dan zat-zat ganas lainnya.
Para ilmuwan internasional sangat mencemaskan keteledoran China dalam mengoperasikan BSL-4 di Wuhan. Di masa lalu, virus SARS sudah berkali-kali lepas dari lab yang memiliki kemampuan kurung-bio (biocontainment) maksimum itu. Diduga, para pengelola lab melakukan pelanggaran prosedur baku atau para staf yang belum terlatih penuh.
Untuk virus Corona yang sedang menyebar cepat sejak Desember 2019, China mengatakan sejauh ini tidak diketahui asal-usulnya. Bisakah dipercaya? Bagi saya tidak. Mungkinkah virus itu lepas dari lab BSL-4 Wuhan dengan kelalaian atau kesengajaan?
Ada banyak orang yang berteori bahwa China melepaskan virus itu untuk menimbulkan korban di kalangan warga muslim Wuhan. Tanpa harus dijelaskan panjang-lebar, dugaan ini sangat tidak logis. Sebab, sangat tidak mungkin virus itu “diatur” penularannya. Terus, ada pula komentar seorang politisi Rusia bahwa AS yang melancarkan konspirasi penyebaran Corona untuk melumpuhkan kekuatan ekonomi China. Ini pun sesuatu yang tidak memiliki dasar yang kuat.
Tapi, semua orang pantas bertanya-tanya: untuk apa China membangun BSL-4 sampai tujuh unit? Dan itu dibangun di sebuah negara yang tingkat transparansinya sangat minim. Untuk prestise? Tak meyakinkan.
Kalau diamati sepak-terjang China di tingkat regional Asia-Pasifik dan ambisi globalnya untuk menjadi kekuatan terbesar dunia, masuk akal juga dugaan bahwa senjata biologi adalah tujuan China.[]
28 Januari 2020
ASYARI USMAN
Wartawan Senior
Sumber: Facebook Asyari Usman