SUARA PEMBACA

Larut dalam Ikatan Cinta, tapi Perut Rakyat Dibiarkan Menderita

Lantas bagaimana dengan perhatian Pak Prof. terhadap pemberlakuan hukum pidana dan proses peradilan di kehidupan nyata?Tidakkah untuk lebih memusatkan perhatian ketika bukti telah nyata bahwa aliran dana bantuan sosial dikorupsi, lalu pelakunya masih belum tegas diadili. Atau bahkan sebaliknya bukti yang mengada-ada pada kasus peradilan HRS (Habib Rizieq Syihab), tapi Jaksa Pemimpin memaksakan bahwa HRS dinyatakan melanggar ketentuan Prokes. Jungkir balik pengadilan dunia. Tapi Prof seolah diam saja.

Subhanallah, di manakah perhatian dan kepekaan yang seharusnya hadir dalam mengkritisi kehidupan nyata?Bukan malah ditujukkan untuk sebuah sinetron berjudul Ikatan Cinta.

Sungguh, dari hari ke hari, kami sebagai masyarakat yang dipimpin disuguhi rasa kecewa. Kecewa karena model kepemimpinan yang tidak peka pada jelata. Dibuat nelangsa karena pemberlakuan sistem yang selalu menetapkan kebijakan penuh dilema. Begitu muak dengan kehidupan yang dihasilkan kompromi manusia.

Indonesia adalah negeri mayoritas beragama Islam. Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan Islam sebagai agama juga pandangan hidup yang paripurna. Adanya mencakup segala ranah kehidupan manusia. Tak terkecuali juga dalam pengurusan negara dan potret penguasa yang mesti hadir di sana.

Sebagaimana Rasulullah Saw pernah bersabda bahwa , “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)

Ketika berkaca pada kepemimpinan Islam. Sosok mereka penuh tanggung jawab kepada rakyat yang diurusinya. Tercatat dalam sejarah bahwa Umar bin Khatab ra. Pernah memanggul sekarung gandum dari Baitul Mal karena mendapati rakyatnya yang kelaparan seusai beliau mengadakan sidak pada dinginnya malam kota Madinah.

Begitu pun seorang Umar bin Abdul Aziz yang sulit memejamkan mata di malam hari karena memikirkan umat yang dipimpinnya, bahkan seekor unta pun menjadi bahan perhatianya karena jika terperosok ke dalam jurang karena rusaknya jalan. Beliau takut kelak dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sehingga tak ada kata tidak bagi kita sebagai masyarakat Indonesia yang mengimani Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya, untuk swgera mewujudkan potret kepemimpinan Islam. Bangunlah Anda dari rebahan. Berdakwah dan berjuanglah agar Al-Qur’an dan As Sunah mampu menjadi perhatian utama agar diterapkan dalam kehidupan juga dalam kepemimpinan.

Sehingga tak ada lagi sikap buang-buang perhatian sekadar untuk sebuah sinetron bernama Ikatan Cinta, sementara rakyat yang dipimpinnya dibiarkan menderita. Wallahu ‘alam bishowab

Ammylia Rostikasari, Komunitas Penulis Bela Islam.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button