Lelah, Lillah, Alhamdulillah
Tidak selamanya kelelahan dalam hidup itu selalu menyisakan kesengsaraan. Di balik itu ada kesenangan bahkan berbuah keberkahan dan masuk Jannah. Jika mengetahuinya seseorang tidak akan mengeluh karena kelelahan kecuali menghadapinya dengan penuh kesabaran.
Jika bisa bersabar, kelelahan itu akan berbuah keberkahan. Rumusnya, lelah ditambah lillah maka hasilnya alhamdulillah. Sebaliknya, lelah ditambah tidak lillah hasilnya naudzubillah.
Paling tidak ada empat bentuk kelelahan jika dihadapi dengan kesabaran dapat berbuah dengan keberkahan. Untuk itu, tingkatkan terus kesabaran sebagai bekal menghadapi setiap kelelahan.
Pertama, lelahnya orang yang mencari nafkah untuk keluarga. Jika seseorang mampu berorientasi ibadah dalam setiap mencari nafkah maka lelah itu berbuah dengan berkah dan meraih Jannah.
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Al-Jumu’ah [62]: 10).
Kedua, lelahnya orang yang berdakwah dan menyeru pada kebaikan. Karena itu jangan pernah putus asa dalam berdakwah dan mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan. Sebab hasil dari dakwah dan mengajak kepada kebaikan bisa jadi bukan kita yang merasakan hasilnya akan tetapi dirasakan oleh orang-orang setelah kita.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Fuṣhṣhilat [41]: 33).
Ketiga, lelahnya orang yang belajar dan menuntut ilmu. Jika tulus ikhlas dalam belajar dan menutut ilmu, karena ilmu itu akan menjadi penerang, maka akan berbuah berkah dan mudah masuk Jannah.
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali Imran [3]: 79).
Keempat, lelahnya orang yang mengurus keluarga. Mengurus keluarga itu tidak ada habisnya. Karena itu perlu melipatgandakan kesabaran mengurus keluarga. Dan ingat akan perintah dalam Alquran untuk menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Taḥrim [ 66]: 6).
Semoga Allah memberikan kesabaran kepada kita kaum Muslimin dalam menghadapi setiap kelelahan sehingga berbuah keberkahan dalam hidup dan di akhirat masuk Jannah. Amin. []
Imam Nur Suharno, Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah Jawa Barat