INTERNASIONAL

Lembaga HAM: Israel Lakukan Genosida di Gaza

Laporan yang merinci penargetan terhadap warga Palestina sebagai kelompok dan penghancuran sistemik masyarakat Palestina menambah tekanan untuk mengambil tindakan.

Sejak 7 Oktober 2023, hampir 1.000 warga Palestina telah dibunuh dan lebih dari 40.000 orang terusir dari komunitasnya di wilayah seperti Jenin dan Tulkarem, dalam serangkaian serangan dan pembersihan etnis yang semakin meningkat.

“Yang kita lihat adalah rezim yang sama, logika yang sama, tentara yang sama, bahkan komandan dan prajurit yang sama yang sebelumnya bertempur di Gaza. Sekarang mereka berada di Tepi Barat, dan kekerasan di sana terus meningkat,” ujar Novak.

“Kekhawatiran kami adalah bahwa pemicu sekecil apa pun dapat membuat genosida ini menyebar dari Gaza ke Tepi Barat.”

Dampak Jangka Panjang dan Trauma Kolektif

Shalev memperingatkan bahwa kerusakan jangka panjang akibat genosida akan terus berlangsung bahkan setelah ada gencatan senjata.

“Misalnya, tak ada mesin MRI di Gaza selama berbulan-bulan. Jadi bagaimana dengan semua penyakit yang tak terdiagnosis? Malnutrisi dan penyakit kronis yang tak tertangani akan berdampak selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.”

“Obat bisa didatangkan dalam hitungan hari. Tapi dokter spesialis yang dibunuh, yang butuh puluhan tahun untuk dilatih, tak bisa digantikan begitu saja.”

Bukan Soal Jumlah, Tapi Soal Niat dan Target

Mereka yang membela Israel mengatakan jumlah korban terlalu kecil untuk disebut genosida—hampir 60.000 jiwa atau lebih dari 2,5% dari populasi Gaza sebelum perang.

Namun Novak menanggapi: “Itu salah kaprah tentang definisi genosida. Konvensi menyebutkan ‘secara keseluruhan atau sebagian’. Tidak perlu membunuh setiap orang.”

Menurutnya, genosida terhadap rakyat Palestina menjadi mungkin karena Israel selama puluhan tahun mendehumanisasi dan menolak hak-hak dasar Palestina. Trauma kolektif digunakan oleh politisi sayap kanan untuk mempercepat agenda mereka.

“[Peristiwa 7 Oktober] memang mengejutkan dan menjadi titik balik bagi warga Israel. Itu menciptakan rasa ancaman eksistensial. Dari sana, kebijakan kontrol dan penindasan berubah menjadi penghancuran dan pemusnahan.” []

Nuim Hidayat
Sumber: The Guardian

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button