Lembah Hitam Pluralisme
231 ulama, cendikiawan, aktivis dari berbagai negara dan organisasi internasional berkumpul untuk mengikuti The World Peach Forum dengan tema “The Middle Path for The World Civilizations” (msn.com, Selasa 14/8/18).
Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum/WPF) ke-7 menghasilkan enam komitmen yang tercantum dalam draf Pesan Jakarta. Salah satunya untuk bekerja sama mengarusutamakan Jalan Tengah sebagai kerangka penuntun bagi peradaban dunia yang lebih baik. (antaranews.com, Kamis 16/8/18).
Pesan Jakarta berisikan komitmen peserta yang mewakili lebih 40 negara untuk merealisasikan jalan tengah dalam segala bidang kehidupan baik itu ekonomi, politik, sosial, budaya hingga beragama. (kiblat. net, Kamis 23/8/18)
Sekilas, Jalan Tengah itu terkesan baik, namun pada faktanya mengandung racun yang membahayakan akidah. Jalan tengan merupakan landasan dari aqidah sekularisme; yang pastinya akan berefek pada semua.
Memisahkan agama dari seluruh sendi kehidupan, menandulkan peran agama.
Jalan Tengah menggiring kita pada lembah hitam Plularisme (penyamarataan semua agama). Landasannya tak lain dan tak bukan adalah sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).
Padahal sekularisme muncul pada abad ke-15. Sebagai bentuk kekecewaan masyarakat Eropa kepada agama (Kristen) saat itu. Kala itu para pemangku agama (gerejawan) menjadikan agama sebagai alat untuk memeras rakyat, menyekat pintu pemikiran dan penemuan sains.
Ilmu pengetahuan yang menjadi salah satu penopang majunya sebuah peradaban malah dimusuhi. Misalnya ketika ada penemuan baru yang dianggap bertentangan dengan mereka. Maka dianggap sebagai sebuah pelanggaran yang harus ditebus dengan nyawa.
Perseteruan ini kemudian memicu revolusi rakyat Eropa yang menentang pihak agama dan gereja. Hingga akhirnya pada tahun 1789 M munculah sekulerisme sebagai solusi, sebagai jalan tengah. Sebagai gerakan perlawanan terhadap ajaran dan keyakinan gereja.
Hal ini dilakukan demi meraih kebangkitan yang terus berlanjut dalam perkembangan sejarah modern. Mulai saat itu gerajawan (agama) tidak lagi ikut campur dalam kehidupan. Agama hanya ditempatkan di tempat-tempat peribadahan khusus. Sementara kaum cendekiawan diberikan kebebasan sebebas-bebasnya tanpa dibatasi lagi oleh agama. Lalu apa yang terjadi setelah itu? Peradaban Eropa berkembang pesat.
Sebaliknya dengan Islam, ketika Islam mengambil jalan tengah, maka Islam mengalami kemunduran. Karena telah meninggalkan tuntunan yang sudah terbukti kebenarannya. Tuntunan yang datang langsung dari Sang Pencipta.
Ketika jalan tengah dan sekulerisme menjadi landasan kehidupan. Maka halal haram tidak akan lagi menjadi standar dalam setiap perbuatan dan keputusan. Segala perbuatan akan disesuaikan dengan kondisi, dengan dalih agar terciptanya kedamaian.
Tidak lagi agama yang mengatur manusia melainkan manusia yg mengatur agama. Tidak lagi keinginan manusia dalam kehidupan disesuaikan dengan agama, melaikan agama yang harus menyesuaikan keinginan manusia.
Dan inilah yang diinginkan oleh para pembenci Islam, para pembenci kaum muslimin. Agar kaum muslimin menjauh sejauh-jauhnya dari agamaNya.
Allah SWT berfirman, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu sebelum kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. dan jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al Baqarah: 120)
Mereka menginginkan kaum muslimin tidak menjadikan aturan Islam yang bersumber dari al Quran dan as Sunnah sebagai landasan. Tidak menjadikan halal dan haram sebagai standar perbuatan. Hingga akhirnya kaum muslimin mengalami kehancuran, mendapatkan kerugian di dunia dan di akhirat.
Maka dari itu, marilah kita bersama-sama mempelajari dan memahami Islam secara utuh. Menjadikan al Quran dan as Sunnah sebagai landasan dalam berfikir dan bertindak. Serta berusaha memperjuangkannya untuk bisa diterapkan kembali dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu a’lam.
[Tikara Shalihah]