Lepas Santri Husnul Khotimah Angkatan 28, Begini Pesan Mendalam Kiai Ahmad Satori Ismail

Kuningan (SI Online) – Dalam suasana sakral Haflah At-Takharuj Angkatan 28 Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Satori Ismail, M.A. menyampaikan pesan mendalam yang tak hanya menggugah emosi para wisudawan, tapi juga menjadi pengingat bagi seluruh umat.
“Anak-anakku,” ucap beliau dengan penuh kasih, “kalian telah dididik dengan akhlak mulia, berlandaskan akidah Ahlussunnah wal Jamaah yang kokoh. Ibadah kalian selama ini terjaga luar biasa—shalat berjamaah, shalat sunnah, bahkan tahajud setiap malam.” Itu bukan kebiasaan biasa, lanjutnya, tapi fondasi ruhani yang telah dibangun secara konsisten selama enam tahun di pesantren.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa nilai-nilai itu akan diuji begitu para santri keluar dari lingkungan pesantren.
“Kalau akhlak dan ibadah yang indah ini berubah saat kalian di luar, itu bukan perkembangan, tapi kemunduran. Dan itu mengecewakan—bagi guru-guru kalian, bagi orang tua kalian, dan tentu bagi diri kalian sendiri.”
Prof. Satori tak menutup mata terhadap realitas kehidupan yang akan dihadapi para alumni. Dunia luar, katanya, penuh tantangan.
“Godaannya luar biasa. Maka segala yang telah ditanamkan di Husnul Khotimah harus menjadi bekal, bukan hanya hafalan atau ilmu, tapi juga keteguhan hati dan kemandirian.”
Ketua Dewan Syuro Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) itu menegaskan, tidak mudah menjadi orang sukses. Dibutuhkan pengorbanan dan kerja keras, bukan sekadar kecerdasan.
“Ulama terdahulu, para tokoh hebat dalam sejarah Islam, mereka memulai perjuangan sejak muda. Dan kunci keberhasilan mereka adalah kemandirian.”
Kepada para orang tua yang hadir, Kiai Satori menyampaikan rasa bangga dan harapan besarnya.
“Bapak dan Ibu harus bangga punya anak yang selesai di Husnul Khotimah. Mereka punya bekal bahasa Arab, hafalan Al-Qur’an, akhlak yang terjaga—bekal menjadi ulama masa depan. Tidak banyak yang memiliki semua itu sekaligus.”
Akhirnya, Prof. Satori menutup dengan doa dan harapan: semoga anak-anak ini menjadi pemimpin masa depan, menjadi ulama yang jujur, yang punya integritas, dan yang benar-benar memperjuangkan Islam. Ia berharap, para santri yang telah lulus dari Husnul Khotimah bisa melanjutkan hidup dengan kemandirian, tanpa harus bergantung pada orang tua lagi.
“Jadilah pionir. Pionir perjuangan. Pionir kemajuan bangsa ini,” pesannya menggetarkan hadirin. “Karena masa depan Indonesia ada di tangan kalian.”[]