Lima Jurnalis Kembali Gugur, Total 158 Terbunuh Sejak 7 Oktober
Gaza (SI Online) – Lima jurnalis menjadi martir dalam dua serangan Israel dalam waktu kurang dari 12 jam di kamp Nuseirat dan Kota Gaza.
Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa jurnalis Amjad Jahjouh, istrinya, jurnalis Wafa Abu Dabaan, dan jurnalis Rizq Abu Shakyan, menjadi martir ketika pasukan penjajah Israel mengebom rumah jurnalis tersebut di kamp Nuseirat di Jalur Gaza tengah saat fajar hari ini.
Sumber tersebut melaporkan bahwa pesawat pasukan penjajah Israel mengebom rumah Abu Shakyan yang menampung sekelompok pengungsi dari keluarga jurnalis Amjad Jahjouh, dan pasukan pasukan penjajah Israel melakukan pembantaian di rumah tersebut yang menyebabkan 10 orang syahid.
Pada Jumat malam, jurnalis Palestina Saadi Madoukh dan Ahmed Sukkar menjadi martir, menyusul serangan Israel yang menargetkan rumah keluarga Madoukh di lingkungan Al-Daraj di Kota Gaza.
Sumber lokal mengatakan bahwa para jurnalis tersebut termasuk di antara lima korban yang berhasil diselamatkan dari puing-puing rumah yang menjadi sasaran.
Aktivis Palestina menerbitkan klip yang menunjukkan kehancuran di rumah keluarga Madoukh dan pengangkutan para martir dan orang-orang yang terluka.
Situs web Palestina juga menerbitkan – melalui platform media sosial – gambar jurnalis syahid Saadi Madoukh yang membawa kamera di sebuah jalan di Gaza.
Dengan tewasnya jurnalis baru tersebut, jumlah jurnalis Palestina yang gugur tewas sejak dimulainya perang Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober meningkat menjadi 158 orang.
Pusat Perlindungan Jurnalis Palestina mengutuk pembunuhan dua jurnalis di lingkungan Daraj di Gaza. Gugurnya mereka terjadi satu hari setelah jurnalis TV Al-Quds Muhammad Al-Sakani bersaksi tentang pemboman serupa di rumah keluarganya di lingkungan Al-Tuffah di Kota Gaza.
Pusat tersebut mengatakan – dalam sebuah pernyataan – bahwa kejahatan yang sedang berlangsung terhadap jurnalis Palestina adalah hasil dari keputusan yang diambil di tingkat tertinggi di Israel dengan tujuan menyembunyikan fakta dan mencegah pengungkapan pembantaian yang dilakukan terhadap warga sipil di Gaza.
Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa hasil dari penargetan jurnalis Palestina di Gaza adalah yang paling berdarah dalam sejarah modern, dan menyerukan dibukanya penyelidikan internasional yang independen dan komprehensif terhadap kejahatan Israel terhadap jurnalis.
sumber: infopalestina