Maaf Garin, karena Aku Bukan Kamu
Film yang mengisahkan kehidupan Juno menjadi seorang penari Lengger. Tarian yang berasal dari Banyumas ini membawanya pada kehidupan berliku yang mengharuskan Juno untuk tampil maskulin dan feminin pada satu tubuh. Juno akhirnya menikmatinya. Disinyalir film ini mengarah pada penyimpangan suka sesama jenis.
Maka muncul petisi yang ditujukan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan sudah ditandatangani lebih dari 53 ribu orang. Isinya, sebagian besar meminta film tersebut diboikot. “Gawat! Indonesia Sudah Mulai Memproduksi Film LGBT dengan Judul ‘Kucumbu Tubuh Indahku,'” begitu judul petisi di Change.org.
Hal ini membuat sutradara Garin Nugroho menyampaikan keprihatinan atas protes sejumlah pihak yang meminta supaya filmnya tidak ditayangkan di bioskop Indonesia. Di akun media sosial Instagram @garin_film, Kamis (25/4/2019), menuliskan, “Lewat catatan ini, saya menyampaikan keprihatinan terbesar atas gejala menjamurnya penghakiman massal tanpa proses dialog dan penegakan hukum yang berkeadilan.”
Menurut Garin Nugroho, kehendak atas keadilan dan hidup bersama dalam keberagaman tanpa diskriminasi dan kekerasan tidak akan pernah mati dan dibungkam oleh apapun, baik senjata atau anarkisme masal. Ia menilai, media sosial di masa sekarang telah menjadi ruang penghakiman masal atas karyanya tanpa proses keadilan dan anarkisme.
Film terbaru garapan Garin Nugroho ini masih diputar di bioskop Tanah Air sejak 18 April lalu. Saat ditayangkan di bioskop, menuai kontroversi. Film itu dikecam warganet karena dituding menampilkan tema penyimpangan suka sesama jenis. Depok mencekal. Pemerintah Kota Bogorpun mengkaji ulang.
Bahkan potongan adegan film, trailer, sebelum tayang di bioskop, pun diprotes warga. Dokumentasi Fourcolours Films yang diunggah di YouTube juga sudah dipenuhi hujatan warganet. Akan tetapi sebaliknya, mendapatkan penghargaan dari negara lain seperti Italia, Perancis, Australia dan Meksiko. Bahkan sudah diputar di lebih dari 30 festival film di seluruh dunia.
Hal inilah yang membuat warganet mencekal film tersebut. Ghirah umat terhadap Islam, semakin tampak dari hari ke hari. Maka mendesak untuk saat ini, kebutuhan akan adanya kepemimpinan Islam. Sebab tanpa hal tersebut, kendali pengurusan umat dipegang oleh sekularisme. Padahal sistem ini jelas-jelas tidak mampu mengurusi dengan baik dan benar. Umat justru ditelantarkan, bahkan dirusak.
Dalam sekularisme, manusia dibiarkan bebas. Bebas beraktivitas, bebas menentukan nilai. Oleh sebab itu sekularisme tidak mampu mengakomodir terwujudnya kesejahteraan. Sebab selalu akan terjadi friksi, akibat dari kepentingan manusia satu dengan lainnya yang bersinggungan dan terusik.
Target pemasukan materi yang banyak melalui sebuah kreativitas, bukanlah aktivitas yang bernilai surga. Malah berbahaya, jika tidak dibentengi dengan akidah. Karena jika kreativitas tersebut merusak dan potensi kerusakannya jangka panjang serta berdampak luas, maka hal itu tidak bisa diterima. Dampak buruknya akan membebani negara.
Berbeda halnya dalam Islam, aktivitas manusia terukur, terikat dengan hukum syara’. Begitu pula halnya dengan sebuah kreativitas, tidak dibiarkan bebas berkeliaran namun harus dilandasi akidah Islam. Agar tidak salah arah dan tepat mendapat rida Allah. Inilah sebaik-baik aktivitas.
Keadilan dan keberagaman pun tumbuh baik dalam Islam, sebab di bawah pengaturan Allah, Al Khalik yang tahu betul produk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu umat harus mampu memilih, sistem mana yang paling tepat bagi dirinya. Umat Islam tidak layak dihinakan. Maka kini saatnya untuk menanggalkan sekularisme penyebab kerusakan, kemudian menggantinya dengan Islam.
Maaf Garin, karena aku bukan kamu. Segala bentuk perbuatan yang akan memalingkan umat dari jalannya yang sahih harus dihabisi. Hanya Islam yang mampu menggiring umat pada bangkitnya peradaban gemilang. Hingga pada akhirnya umat terbiasa untuk beraktivitas mulia dan kembali pada jati dirinya sebagai umat terbaik.
Allah SWT berfirman: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 110)
Lulu Nugroho
Muslimah Revowriter Cirebon