SUARA PEMBACA

Makna Kemerdekaan Sejati

Setiap 17 Agustus, bangsa Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan dengan penuh semangat. Lagu-lagu perjuangan berkumandang, bendera merah-putih berkibar, dan berbagai perlombaan digelar di kampung-kampung. Namun di tengah euforia itu, sudahkah kita benar-benar memahami dan merasakan makna kemerdekaan yang sejati?

Delapan puluh tahun merdeka secara formal dari penjajahan fisik, ternyata belum membawa bangsa ini pada kedaulatan yang hakiki. Penjajahan itu mungkin telah berganti rupa — dari penjajahan militer menjadi penjajahan sistemik dan ideologis. Pertanyaannya kini bukan lagi “siapa penjajahnya?”, tetapi “sistem hidup siapa yang kita adopsi?”

Kemerdekaan Bukan Sekadar Lepas dari Kolonialisme

Dalam perspektif Islam, kemerdekaan tidak sekadar terbebas dari penjajahan fisik oleh bangsa asing. Kemerdekaan yang sejati adalah ketika manusia hanya tunduk kepada Allah semata, bukan kepada sesama manusia, apalagi kepada sistem buatan manusia. Maka, selama sistem hidup yang kita gunakan — baik dalam bidang politik, ekonomi, hukum, maupun sosial — masih bersandar pada ideologi sekular dan kapitalistik, kemerdekaan itu belum sempurna.

Indonesia hari ini secara politik dianggap merdeka, namun secara ekonomi masih bergantung pada lembaga-lembaga keuangan internasional. Sumber daya alam dikuasai oleh korporasi asing. Sistem hukum sering kali lebih berpihak kepada yang kuat dan berduit. Krisis moral terjadi di mana-mana. Demokrasi yang digadang-gadang sebagai puncak peradaban justru memunculkan elitisme, pragmatisme, dan politik uang. Apakah ini yang dimaksud dengan “merdeka”?

Syariat Islam: Solusi dan Jalan Menuju Berkah

Islam tidak hanya hadir sebagai agama spiritual, tapi juga sebagai panduan hidup yang lengkap. Syariat Islam mengatur seluruh aspek kehidupan — dari ibadah hingga pemerintahan, dari keluarga hingga ekonomi, dari akhlak pribadi hingga sistem peradilan. Inilah yang membedakan Islam dari ideologi lain.

Ketika suatu bangsa menjadikan syariat Islam sebagai sumber hukum dan panduan hidup, maka ia tidak hanya merdeka secara lahir, tapi juga secara batin. Tidak ada lagi ketundukan kepada sistem buatan manusia yang cacat dan terbatas, karena hukum yang berlaku adalah hukum Allah yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.

Sejarah telah mencatat bagaimana peradaban Islam selama berabad-abad mampu menghadirkan keadilan, kemakmuran, dan keamanan yang merata. Umat hidup dengan harga terjangkau, pendidikan terjamin, pemimpin bertakwa, dan hukum ditegakkan tanpa pandang bulu.

Inilah yang dimaksud dengan berkah: ketika aturan Allah dijalankan, maka langit dan bumi pun akan memberi keberlimpahan. Sebagaimana firman Allah:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ۝٩٦

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf ayat 96).

Kemerdekaan Harus Disempurnakan

Perayaan kemerdekaan setiap tahun seharusnya tidak hanya menjadi rutinitas simbolik. Ia harus menjadi momentum muhasabah — evaluasi jujur terhadap arah bangsa. Kita harus bertanya: mengapa setelah 80 tahun merdeka, ketimpangan masih merajalela? Mengapa korupsi tak kunjung hilang? Mengapa moral generasi muda semakin rusak?

Saatnya kita menyadari bahwa yang kita butuhkan bukan hanya perubahan pemimpin, tetapi perubahan sistem. Sistem yang lahir dari akal manusia tak mampu membawa umat pada kesejahteraan dan keberkahan. Hanya sistem yang bersumber dari wahyu — yakni syariat Islam — yang mampu mengantarkan bangsa ini pada kemerdekaan sejati.

Indonesia Berkah adalah Indonesia yang Taat Syariat

Jika benar kita mencintai bangsa ini, maka kita harus memperjuangkan agar Indonesia tak hanya merdeka secara simbolik, tapi juga merdeka dalam arti ideologis. Yaitu bebas dari dominasi kapitalisme global, bebas dari ketergantungan asing, dan tegak dalam aturan Allah SWT. Karena hanya dengan itulah, kita bisa menyongsong Indonesia yang berkah — negeri yang aman, adil, makmur, dan diridhai oleh Sang Pencipta. Wallahu a’lam bish-shawab.[]

Nada Mazaya, Aktivis Muslimah Peduli Umat.

Artikel Terkait

Back to top button