Makna Qital dalam Al-Qur’an (2)
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (ar Ruum 39)
6. Al Baqarah 91
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an),” mereka menjawab, “Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami.” Dan mereka ingkar kepada apa yang setelahnya, padahal (Al-Qur’an) itu adalah yang hak yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah (Muhammad), “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang beriman?”
Kaum Kafir Yahudi disebut di sini suka membunuhi Nabi-Nabi. Mereka juga suka membunuh ulama-ulama penerus Nabi. Persekutuan mereka dengan Iblis dan Syetan menjadikan pembunuhan bukan sesuatu yang berat. Karena Iblis yang terbuat dari api, memang senang terhadap peperangan dan hal-hal yang berbau darah. Iblis, setan dan anak buahnya manusia dan jin senantiasa terus menerus ingin mengajak bersama ke neraka.
Karena itu kaum Muslim dipersenjatai dengan shalat, doa dan zikir agar tidak terjebak dalam permainan Iblis ini. Bila seseorang suka terkena gangguan Iblis maka kejahatan yang dilakukannya baik pembunuhan, pelacuran, perjudian, perkosaan, perampokan, pencurian dan minuman keras bukan hal yang berat. Mereka sudah tertutupi fitrahnya. Hatinya menjadi berkarat, tidak bening lagi. Sehingga mereka terbalik dalam memandang kehidupan, yang baik dikatakan buruk dan yang buruk dikatakan baik.
7. Al Qashash 8-9
“Maka dia dipungut oleh keluarga Fir‘aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Fir‘aun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan istri Fir‘aun berkata, “(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak,” sedang mereka tidak menyadari.”
Di sini kita lihat bagaimana Allah membuat skenario yang hebat untuk menghancurkan kekuasaan Firaun. Nabi Musa yang diasuh dalam lingkungan kerajaan menjadi tahu kelebihan dan kelemahan Firaun. Dengan masuk dalam sistem Firaun, Nabi Musa akhirnya bisa berdialog dengan Raja Bengis yang melegenda itu. Dan akhirnya dengan pertolongan Allah ketika Firaun mau membunuh Nabi Musa dan pengikutnya, ia dan pasukannya ditenggelamkan di Laut Merah.
Kisah Nabi Musa ini mengandung hikmah bahwa boleh seorang Muslim masuk dalam sistem jahiliyah yang dibuat oleh penguasa yang zalim. Dengan masuk sistem itu ia akan tahu lebih dalam kebobrokan sistem itu. Untuk mengubahnya, maka ia harus bekerjasama dengan orang yang di luar sistem itu. Karena mengubah sistem itu tidak mudah, maka ia harus hati-hati dan penuh perhitungan terhadap setiap langkah yang akan dilakukan.
Masuk ke sebuah sistem jahiliyah harus hati-hati. Karena seringkali terjadi ketika sudah berada dalam sistem yang rusak itu, seorang Muslim ikut menikmatinya dan lupa terhadap misi awal. Ketika banyak orang di dalam sistem itu hedonis atau rakus uang, ia pun ikut-ikutan rakus. Inilah yang mengakibatkan kegagalan dalam perubahan sistem. Wallaahu aziizun hakim.
8. Al Anfaal 17
“Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”