Mantan Deputi Gubernur BI: Fundamental Ekonomi Kita Lemah
Jakarta (SI Online) – Ekonom senior yang juga mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Anwar Nasution menilai sikap pemerintah yang kerap kali menyebut fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat menahan gejolak eksternal adalah bohong belaka.
Menurut Anwar, nilai tukar rupiah yang cukup rentan bahkan menembus level Rp15.000/US$ jadi salah satu indikator bahwa fundamental ekonomi tersebut belum kuat.
“Fundamental ekonomi kita lemah sekali. Bohong pemerintah katakan fundamental kuat. Omong kosong itu,” kata Anwar dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (8/9/2018).
Selain itu, indikator yang mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia lemah, adalah dari sisi rasio penerimaan pajak atau tax ratio Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang relatif rendah.
“Tax ratio hanya 10%. Kita sudah 73 tahun merdeka, kapan merdekanya? Utang melulu, minta sedekah melulu. Jadi tangan di bawah. Harus menutup defisit APBN dan neraca pembayaran,” katanya.
Hal tersebut, kata mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) itu, hanya satu dari beberapa masalah fundamental yang masih dialami Indonesia. Ekspor nasional yang tidak bergairah, juga menjadi penyebab nilai tukar rupiah cukup rentan.
Lantas, Anwar menyebut ekonomi Indonesia saat ini sedang sakit panas. “Sama seperti sakit panas, temperatur hampir 40 derajat celcius. Obat paling ampuh bukan lagi Panadol, bukan lagi Tolak Angin, tapi anti biotik yang paling kuat supaya turun,” katanya.
“Dipaksa itu para eksportir sementara di Indonesia, supaya rupiah mereda. Baru secara perlahan, ekspor juga ditingkatkan,” ungkap mantan Ketua Badan Pemeirksa Keuangan (BPK) itu.
Hal itu diperparah dengan makin besarnya biaya pembayaran utang luar negeri yang harus dibayarkan negara ini akibat kurs dolar yang terus meningkat. Ujung-ujungnya, rakyat pun ikut-ikutan susah.
“Harga tempe naik karena kedelainya impor. Sangat rawan terhadap gejolak luar negeri itu, tabungan kita sangat rendah, maka pemerintah ngutang, jual obligasi, siapa yang beli? 70 persen yang beli adalah orang asing. Ketiga, ekspor kita nggak jalan. Mana ada BUMN yang ekspor? Nggak ada,” pungkas Anwar.
sumber: cnbc indonesia/rmol.co