NUIM HIDAYAT

Manusia dan Al-Qur’an

Bayangkan. Ketika dulu Rasulullah Saw sendirian di Gua Hira’ menerima wahyu. Rasulullah menerima wahyu dari Allah lewat malaikat Jibril.

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓ ۙ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al Alaq: 1-5)

Menerima wahyu adalah pengalaman yang tidak pernah Rasul alami sebelumnya. Ia gemetar. Kemudian beliau berucap ‘aku tidak bisa membaca’, sampai berulang-ulang Jibril mengajarnya, sehingga Rasulullah akhirnya bisa menirukan.

Surat yang pertama turun ini memang dahsyat. Bacalah. Terkait dengan membaca. Membaca adalah ‘proses pertama akal manusia berjalan’ atau hal utama agar manusia mendapat ilmu. Hal pertama manusia mengenal alam semesta. Mengenal dirinya, mengenal Tuhannya.

Membaca tidak sembarang membaca. Tapi membaca dengan menyebut Tuhanmu yang menciptakan (Allah). Membaca dengan cahaya Ilahi. Membaca dengan berteman Malaikat. Bukan membaca dengan berteman Syetam/Iblis seperti yang dilakukan kaum kafir.

Kaum kafir membaca alam ini dengan sombong. Seperti Iblis yang pertama menolak perintah Allah agar ‘sujud’ kepada Nabi Adam. Iblis menolak tunduk kepada perintah Allah, agar mengakui bahwa manusia lebih mulia dari Jin (Iblis). Karena manusia meski berbahan baku tanah, tapi telah diberi ruh dari Allah. Manusia yang tunduk pada perintah Allah bahkan naik derajatnya lebih mulia dari malaikat.

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (QS. Al A’raf 172)

Membaca dengan nama Allah, berarti mengakui kelemahan manusia. Di dunia ini tidak ada manusia yang mempunyai kelemahan. Ada orang hebat di bidang fisika, tapi lemah di ilmu sosial. Ada orang hebat di ilmu sosial, tapi lemah di biologi dan seterusnya. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, kecuali Rasulullah saw, yang memang diturunkan Allah untuk menjadi contoh teladan bagi manusia.

وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ

“di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf 76)

1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button