NUIM HIDAYAT

Manusia dan Al-Qur’an

سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ

_”Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (QS. al A’raf 146)

ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ

“kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri,” (al Mudatsir 23)

Surat al Mudatsir ayat 23 ini berkaitan dengan seorang bangsawan Makkah yang ahli sastra, yang tahu kehebatan sastra Al-Qur’an, tapi ia tidak mengimaninya. Ia terkena penyakit sombong, ia takut kalau anak buahnya tidak mengikuti dirinya lagi, tapi mengikuti Nabi Muhammad saw. Ini seperti sikap banyak Orientalis Barat yang tahu kehebatan Nabi Muhammad dan tahu kehebatan Al-Qur’an, tapi tidak mau mengimaninya.

Begitu bahayanya sifat sombong dalam diri manusia, sehingga Rasulullah berpesan, “Tidaklah masuk surga orang yang di dalam hatinya ada penyakit kirb (sombong) meskipun hanya seberat dzarrah. Kemudian ada seorang laki-laki berkata, “Sesungguhnya seseorang itu suka pakaiannya bagus dan sandalnya bagus.” Beliau menjawab,”Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.” Sombong itu ialah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR Muslim)


اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ

”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia,” (QS. Al Alaq 1-3)

Ayat-ayat yang turun awal ini memang ajaib. Setelah kita membahas manusia dan penciptaannya serta sifat yang membahayakan manusia, maka kini kita membahas tentang arti tulisan bagi perkembangan peradaban manusia.

Kata peradaban sendiri muncul, ada yang menyatakan karena ada tulisan dalam sejarah manusia. Tulisan membuat kita berpikir. Tulisan membuat otak kita bergerak dan menjadi lebih cerdas (bila tulisan itu bermanfaat).

Peradaban Islam, bila kita cermati adalah peradaban tulisan. Kaum Muslim semangat belajar menulis, karena Al-Qur’an ditulis. Al-Qur’an yang telah mengukir dan membahagiakan jiwa mereka, mereka ingin sebarkan seluas-luasnya. Mereka tafsirkan dengan perkembangan ilmu yang ada, Al-Qur’an menjadi selalu aktual.

Ketika peradaban di Andalusia muncul, buku-buku Islam bertebaran di sana. Para ulama/cendekiawan Islam biasa memiliki ribuan buku di rumahnya. Ketika itu Barat masih dalam ‘the dark ages’, Barat dalam masa kegelapan ilmu pengetahuan. Sehingga para pendeta atau cendekiawan mereka saat itu berbondong-bondong belajar pada cendekiawan Islam di Andalusia.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button