NUIM HIDAYAT

Mari Bersama Memperjuangkan Islam

Yang ketiga, dari sikap sentimentil dan emosional menuju sikap yang rasional dan ilmiah, ini juga penting. Banyak kelompok Islam yang senang mengucapkan Allahu Akbar ketika mendengarkan pidato, padahal ia tidak memahami maknanya. Atau senang dengan kata-kata kasar, bunuh bunuh, kepada orang-orang kafir yang menghina Islam.

Dalam masalah ini Syekh Yusuf menasihatkan agar umat Islam kini lebih bersikap rasional dan ilmiah. Kenapa? Kini zaman informasi, zaman internet. Sikap ilmiah sangat diperlukan dalam memperjuangkan gagasan atau ide. Maka bagi orang yang tahu politik, kadangkala demonstrasi itu merugikan. Sebab, masalah politik atau ekonomi kadang bisa diselesaikan dengan lobi, bukan demonstrasi.

Nasihatnya yang kelima juga menarik. Dari menyulitkan dan ancaman menuju kemudahan dan kabar gembira. Seorang dai seharusnya mendahulukan ‘basyiran’ daripada ‘nadziran’. Kabar gembira lebih dulu daripada ancaman. Dalam hal praktis ini bisa dipraktikkan misalnya dalam masalah musik. Ada kelompok Islam yang mengharamkan dan ada yang menghalalkan. Masalah ini harusnya selain didekati dengan dalil, juga didekati dengan fakta-fakta lapangan dan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu psikologi, komunikasi dan lain-lain.

Dengan pendekatan dari berbagai ilmu itu, maka masalah musik akan menjadi alat bantu untuk dakwah bukan penghalang dakwah. Dan itulah yang dilakukan kaum Nashrani. Mereka menggunakan musik untuk melancarkan misi-misi mereka. Sehingga mereka bisa menarik para seniman dan berbagai kalangan untuk pindah agama mereka.

Padahal musik bisa juga menjadi alat dakwah. Mulai dari Wali Songo, Rhoma Irama, Bimbo, Maher Zain, Raihan dan lain-lain, telah menggunakan musik untuk membantu dakwah. Musik diisi dengan syair-syair Islami yang indah, sehingga perasaan manusia menjadi senang dengan musik itu. Bila kita tengok sejarah, Ketika peradaban Islam jaya di Andalusia musik juga berkembang di sana. Bila musik ditinggalkan umat Islam, maka musik akan diisi oleh kelompok-kelompok non Islam atau kelompok yang tidak peduli agama.

Nasihatnya yang kesembilan juga patut untuk dipraktikkan. Dari kekerasan dan kebencian menuju kelemahlembutan dan Rahmat. Zaman modern ini umat lebih senang bahasa yang lemah lembut dari bahasa yang kasar atau keras. Mereka yang berkomentar kasar di media sosial misalnya, tidak akan mendapat simpati dari para netizen. Tapi mereka yang menggunakan Bahasa yang santun dan lemah lembut akan mendapat simpati dari jutaan pembaca.

Nasihatnya yang kesepuluh ini juga perlu dipraktikkan. Dari ikhtilaf dan perpecahan menuju persatuan dan solidaritas. Kenapa demikian? Sebab bila seluruh ormas Islam bersatupun belum tentu bisa menang di negeri ini, apalagi bila berpecah belah. Para pemimpin Gerakan Islam harus sering bertemu atau bersilaturahmi untuk menyamakan visi atau persepsi dalam perjuangan Islam di negeri ini. Bila tidak, maka yang terjadi adalah saling fitnah dan musuh kemudian memanfaatkannya untuk memecah belah. Dan itulah yang terjadi di negeri kita saat ini.

Maka marilah kita bersatu untuk memperjuangkan Islam di negeri ini. Ulama besar KH Hasyim Asyari memberikan nasihat, “Tolong-menolong atau sikap saling membantu adalah pangkal keterlibatan umat Islam. Sebab, jika tidak ada tolong-menolong, maka semangat dan kemauan mereka akan lumpuh karena merasa tidak mampu mengejar cita-cita. Barang siapa mau tolong-tolong dalam persoalan dunia dan akhirat, maka akan sempurnalah kebahagiaan, nyaman, dan sentosa hidupnya.”

Ia juga memberi nasihat, ”Wahai para ulama, berhentilah dalam bermusuh-musuhan karena berbeda pendapat tentang masalah-masalah furu’iyyah, karena yang akan senang dengan kondisi ini adalah kaum kafir yang sedang menjejah negera ini. Ingat, kalian semua adalah saudara.” Wallahu alimun hakim. []

Nuim Hidayat

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button