RIHLAH

Masjid Saka Tunggal, Jejak Penyebaran Islam di Kebumen

Kebumen (SI Online) – Kebumen adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 1.485,17 km2.

Kota yang mempunyai slogan “Beriman” (Bersih, Indah, Manfaat, Aman, dan Nyaman) ini tidak terlepas dari hakikat maupun seluk-beluk kesejarahan yang ada dalam kota ini. Sebagai pusat islamisasi di Jawa khususnya di daerah bagian Pesisir Selatan atau Laut Selatan, Kebumen pantas mendapat slogan “Beriman”.

ADS: Anda ingin mengenal organisasi profesi dalam bidang farmasi di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah? Anda bisa mengunjungi pafikabkebumen.org. PAFI turut mengembangkan profesi kefarmasian di daerah, serta melatih dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya obat-obatan yang aman.

Salah satu jejak penyebaran Islam di Kebumen adalah Masjid Saka Tunggal yang berada di Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen. Status masjid ini merupakan cagar budaya sejak ditetapkan pada 2015 lalu.

Masjid ini menjadi salah satu masjid tertua di Kabupaten Kebumen. Diperkirakan berdiri sejak 1772 M.

Sesuai dengan namanya, masjid ini tergolong unik karena hanya memiliki satu tiang. Maka dari itulah masjid ini disebut dengan Masjid Saka Tunggal.

Menurut penuturan Sekretaris Desa Pekuncen, Eko Prasetyo, Masjid Saka Tunggal merupakan bukti perjuangan masyarakat terhadap penjajahan Belanda kala itu. Selain itu sejarah masjid ini juga tidak terlepas dari sejarah Kabupaten Kebumen.

“Dari kisah yang ada saat itu, Kertowecono III yang menjabat sebagai Adipati diminta kembali kekraton Surakarta untuk menjadi Patih dengan gelar Adipati Mangkuprojo sekitar tahun 1719 M,” kata Eko, seperti dilansir Kebumenekspres.com.

Eko menuturkan, sebelum wafat Adipati Mangkuprojo sempat berwasiat ketika meninggal untuk dimakamkan di Pekuncen dan dibangunkan masjid.

Masjid yang kemudian dibangun itulah yang saat ini disebut dengan nama Saka Tunggal. Satu saka atau satu tiang penyangga melambangkan ke-Esaan Allah SWT.

“Dari wasiat itulah yang menjadi cikal bakal Desa pekuncen hingga saat ini,” lanjut dia.

Sebagai tempat ibadah bernilai sejarah, suasana Masjid saka tunggal ini masih tetap terjaga keasliannya. Meskipun pernah direnovasi sekitar 1922 dan ada beberapa bangunan tambahan untuk melengkapinya, namun tidak merubah bentuk dan ukurannya. []

Artikel Terkait

Back to top button