Matematika Kelaparan: Bagaimana Israel Menyebabkan Kelaparan Massal di Gaza?

Komite Peninjau Kelaparan (Famine Review Committee) — kelompok independen ahli yang meninjau peringatan IPC — menyatakan bahwa pengiriman makanan “sangat tidak memadai” dan menyoroti kegagalan GHF.
“Analisis kami atas paket makanan yang diberikan oleh GHF menunjukkan bahwa rencana distribusi mereka akan menyebabkan kelaparan massal, bahkan jika dilakukan tanpa kekerasan ekstrem yang telah dilaporkan,” kata FRC.
Pada Maret dan April, Gaza dikepung total — tidak ada makanan masuk sama sekali. Pada pertengahan Mei, Netanyahu mengatakan pengiriman akan dimulai lagi karena tekanan internasional atas “krisis kelaparan”.
Data UN menunjukkan, hanya dalam beberapa minggu gencatan senjata pada Januari dan Februari lalu, pengiriman bantuan tambahan cukup untuk menjauhkan Gaza dari ambang kelaparan.
Namun pada Mei, hanya sedikit makanan yang dikirim kembali — hanya cukup untuk memperlambat kelaparan, bukan menghentikannya. Dua bulan kemudian, penderitaan yang meluas telah memicu kemarahan global, termasuk dari Donald Trump yang menuntut agar “setiap butir makanan” dikirimkan kepada anak-anak yang kelaparan.
Netanyahu merespons dengan hanya menjanjikan tambahan bantuan yang “minimal”. Jumlah truk yang membawa makanan memang meningkat, namun masih jauh di bawah kebutuhan minimum, apalagi untuk membalikkan kondisi kelaparan.
Pengiriman bantuan lewat udara juga dimulai lagi — metode yang mahal, tidak efisien, dan kadang mematikan. Negara seperti Prancis, Jerman, Inggris, Mesir, Yordania, dan UEA mengirimkan bantuan lewat udara, meski itu seharusnya hanya dilakukan sebagai langkah terakhir jika darat tak memungkinkan.
Tahun lalu, setidaknya 12 orang tenggelam saat mencoba mengambil makanan yang jatuh di laut, dan setidaknya 5 orang tewas karena tertimpa palet bantuan.
Dalam 21 bulan pertama perang, 104 penerbangan hanya menyediakan makanan untuk empat hari, menurut data Israel — dengan biaya mencapai puluhan juta dolar. Jika anggaran itu digunakan untuk truk, hasilnya akan jauh lebih banyak.
Namun biaya airdrop bukan hanya soal uang: mereka memungkinkan Israel dan sekutunya untuk membingkai kelaparan sebagai masalah logistik, bukan kebijakan negara.
Padahal, tidak ada hambatan geografis atau musuh bersenjata yang mencegah pengiriman bantuan melalui darat — hanya pembatasan dari Israel, yang merupakan sekutu negara-negara Barat, termasuk Inggris, dan dipersenjatai oleh Inggris serta AS.
Dua organisasi HAM yang berbasis di Israel pekan ini menyatakan bahwa Israel sedang melakukan genosida di Gaza, dengan penggunaan kelaparan sebagai senjata. B’tselem menyebut kebijakan ini sebagai “kebijakan resmi dan terbuka” dari kelaparan massal.