Mau Duduk Dekat Rasulullah di Hari Kiamat Kelak?
Orang yang berilmu memiliki kewajiban yang sangat besar dalam mengajak manusia kepada kebaikan. Dia menjadi contoh bahkan panutan oleh manusia. Oleh karena itu maka wajib baginya menunjukkan dan menjaga akhlak yang mulia.
Di antara hal-hal termulia yang diwariskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam kepada para ulama adalah akhlak dan kepribadian yang terpuji. Maka Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Salam akan dekat dan bersanding dengan orang orang yang memiliki akhlak seperti beliau diakhirat kelak, sebagaimana hadits,
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَسَكَتَ الْقَوْمُ فَأَعَادَهَا مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا قَالَ الْقَوْمُ نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَحْسَنُكُمْ خُلُقًا
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Maukah kalian aku kabarkan tentang orang yang paling aku suka dari kalian, dan pada hari kiamat tempat duduknya paling dekat dengan aku?” Orang-orang semuanya diam, maka beliau mengulangi kata-katanya tersebut sampai dua atau tiga kali. Akhirnya mereka pun menjawab; “Mau wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Yaitu orang yang akhlaknya paling baik di antara kalian.” (HR. Ahmad: 6447)
Sementara orang beranggapan bahwa orang yang kaya ilmu maka secara otomatis perilaku atau akhlaknya semakin baik. Anggapan tersebut mendasarkan pada keyakinan bahwa ilmu selalu berpengaruh pada perilaku seseorang. Orang pintar sekaligus akan berperilaku baik dan sebaliknya, orang miskin ilmu pengetahuan selalu berperilaku tidak baik. Namun pada kenyataannya, tidaklah selalu demikian itu. Orang kaya ilmu banyak yang melakukan penyimpangan, sementara itu orang yang ilmunya terbatas justru berperilaku sebaliknya, terpuji.
Manusia lahir dengan membawa sifat sifat tertentu. Ada akhlak bawaan, baik terpuji maupun tercela. Akhlak bisa diubah dari buruk ke baik, atau juga sebaliknya berubah dari baik ke buruk, tergantung bagaimana kita memperbaiki akhlak dan menjaganya, dengan latihan dan kebiasaan.
Perbaikan akhlak juga memerlukan istiqamah, yaitu komitmen yang tinggi untuk selalu berpihak kepada yang baik dan benar. Perbaikan akhlak berbeda dengan perbaikan pada sektor-sektor Iain. Perbaikan akhlak tidak dapat diwakilkan karena keputusan untuk berpihak kepada yang baik dan benar itu harus datang dan lahir dari kita sendiri.
Betapapun tingkat kesulitan yang dihadapi, perbaikan akhlak harus tetap kita upayakan. Soalnya, agama itu pada akhirnya adalah akhlak. Dalam perspektif ini, seseorang tak dapat disebut beragama jika ia tidak berakhlak.
Maka wajarlah imbalan dari akhlak yang mulia adalah bisa berdampingan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam di surga nanti, sebuah anugerah yang luar biasa karena itu perlu latihan dan ujian kesabaran dalam usaha berakhlak mulia sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam, semoga kita mampu berusaha untuk bisa menjadi pribadi pribadi yang mulia.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia