Mau Kemana Ekonomi Kita?
Melihat menjamurnya Alfamart dan Indomaret, sampai ke pelosok-pelosok desa, kita bertanya mau kemana kebijakan ekonomi kita? Apakah pemerintah sengaja membunuh ekonomi rakyat kecil?
Aneh memang. Harusnya kedua raksasa retail ini dibatasi ekspansinya. Misalnya per kabupaten cuma satu. Tidak dibiarkan liar, sehingga satu desa bisa puluhan Indomaret dan Alfamart.
Tol, stasiun, infrastruktur banyak dibangun. Tapi semua itu yang memanfaatkan pengusaha-pengusaha besar. Pengusaha-pengusaha kecil banyak tersingkir.
Pembangunan stasiun yang mewah di Jadebotabek misalnya, yang bisa menyewa ruangan-ruangan stasiun ber-AC itu hanya pengusaha besar. Pengusaha kecil tersingkir karena tidak mampu sewa.
Harusnya pemerintah memikirkan hal itu. Jangan bongan bangun infrastruktur, tidak dipikirkan dampaknya.
Digitalisasi kartu masuk kereta komuter Jabodetabek misalnya. Berapa ratus orang yang nganggur akibat digitalisasi ini? Digitalisasi tol misalnya. Berapa ribu orang yang nganggur akibat digitalisasi ini.
Indonesia bukan Eropa atau Amerika. Penduduk Indonesia masih jutaan yang nganggur. Harusnya pemerintah memikirkan itu. Nggak semua dimesinkan. Nggak semua digitalkan.
Kalau penggunaan teknologi menyebabkan jumlah pengangguran meningkat drastis, lebih baik teknologi itu tidak digunakan.
Ini adalah seperti seorang ayah yang sok keren, memberi anaknya yang masih SD dengan handphone. Seolah-olah hebat, padahal hp itu tidak ada gunanya bagi anak SD itu. Hanya digunakan untuk main game atau nonton YouTube saja.
Di luar negeri saja dipikirkan dengan matang dampak pembangunan Mall. Dimana ditempatkan pedagang-pedagang kecil dengan keberadaan mall itu. Tidak asal membangun mall saja.
Kalau pembangunan mall menyebabkan banyak warung-warung kecil tergusur apakah lebih baik tidak membangun mall?