IBRAH

Maulid Nabi Muhammad Saw: Momentum Cinta dan Teladan

Maulid Nabi Muhammad Saw memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Islam. Peringatan ini dilakukan untuk untuk meneguhkan kembali cinta dan syukur kita atas hadirnya Rasulullah Saw.

Kehadiran beliau bukan sekadar peristiwa sejarah, tetapi awal dari terbukanya jalan hidayah bagi seluruh umat manusia. Allah SWT sendiri mengingatkan betapa besar nikmat diutusnya Rasulullah Saw sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Anbiya:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)

Rasulullah Saw adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rahmat yang dibawa oleh Rasulullah Saw tidak hanya terbatas pada umat Islam saja, tetapi meliputi setiap sisi kehidupan. Sikap beliau terhadap non-Muslim, kepedulian kepada binatang, bahkan lingkungan, menunjukkan betapa luasnya kasih sayang yang dibawa.

Peringatan Maulid menjadi momen refleksi untuk menumbuhkan cinta kepada Nabi. Salah satu bentuk cinta itu adalah dengan memperbanyak mambaca shalawat. Karena, shalawat bukan hanya doa yang kita panjatkan untuk Nabi Saw., melainkan juga jalan untuk meraih keberkahan hidup, ketenangan hati, sekaligus wasilah untuk meraih syafaat beliau di hari akhir. Allah sendiri memerintahkan kita untuk bershalawat, dan para malaikat pun senantiasa melakukannya.

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab:56).

Betapa mulianya orang-orang yang senantiasa membasahi lisannya dengan shalawat. Karenanya, Maulid Nabi harus kita jadikan sebagai ajang memperbanyak shalawat. Bukan hanya pada saat peringatan saja, tetapi menjadi awal kebiasaan baik yang terus kita jaga setiap hari.

Rasulullah Saw. hadir membawa kasih sayang, petunjuk, dan tuntunan hidup. Dari seorang yatim yang tumbuh dengan sederhana, beliau bertransformasi menjadi pribadi yang mulia, pemimpin yang adil, guru yang bijaksana, bahkan menjadi teladan umat sepanjang masa.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Maulid juga menjadi momentum introspeksi. Inilah saat yang tepat untuk kita bertanya kepada diri sendiri: sejauh mana kita benar-benar meneladani beliau? Apakah salat kita sudah khusyuk sebagaimana yang beliau contohkan? Apakah kita sudah jujur dalam bekerja dan berbisnis? Apakah kepedulian dan keramahan kita kepada tetangga sudah mencerminkan akhlak Rasulullah?

Cinta kepada Nabi Saw tidak cukup hanya sebatas ucapan. Ia harus diwujudkan dalam perbuatan nyata. Amalan sederhana seperti tersenyum adalah contoh ajaran Rasulullah Saw. yang dapat kita teladani dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka menyebarkan kebaikan dan kasih sayang.

Maulid Nabi Muhammad Saw adalah momen cinta, syukur, dan teladan. Mari kita jadikan peringatan ini sebagai bahan bakar untuk semakin dekat dengan Allah, memperbaiki akhlak, dan menebarkan kasih sayang di sekitar kita. Karena sesungguhnya bukti cinta sejati pada Rasulullah Saw adalah dengan menghidupkan sunnahnya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga cinta kita kepada beliau makin tumbuh, dan semoga kita kelak mendapat syafaatnya di hari kiamat. Aamiin.[]

Linda Haryanti, Alumni STISHK dan Sedang Pengabdian di Divisi Humas dan Dakwah Yayasan Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat

Artikel Terkait

Back to top button