Melepas Jilbab
Kini sebenarnya jilbab sudah tidak menjadi asing baik di negeri.kita maupun luar negeri. Di tanah air, kita ingat perjuangan memakai jilbab di sekolah sejak tahun 80an. Saat itu anak sekolah SMA yang memakai jilbab hendak dikeluarkan dari sekolah. Ramailah kasus itu akhirnya di masyarakat. Yang mempelopori pemain jilbab di sekolah saat itu diantarnya putri dari tokoh Islam, Prof AM Saefuddin.
Bila para kiyai, ustaz, guru dan banyak orang tua yang menganjurkan anaknya berjilbab, kini juga ada gerakan yang anti jilbab. Diantaranya mereka yang menggaungkan pakaian adat. Mereka menganggap jilbab Budaya Arab yang tidak sesuai dengan budaya asli Indonesia. Padahal di negeri Arab sendiri juga ada gerakan menghidupkan pakaian adat yang bukan jilbab.
Tokoh liberal di Indonesia yang menentang jilbab, diantaranya adalah Ade Armando. Dalam video rekamannya ia pernah mendukung penuh mahasiswinya dari UI yang melepas jilbabnya.
Begitulah di dunia ini peperangan budaya terjadi. Peperangan antara budaya jilbab dan budaya adat atau budaya buka bukaan aurat terus berlangsung baik di tanah air maupun di luar negeri.
Mereka yang tidak faham Al-Qur’an dan tidak memahami Islam dengan baik, akan terbawa pada budaya liberal, budaya menuruti syahwat. Dan salah satu korbannya adalah Zara, putri Ridwan Kamil.
Kalau kita renungkan ajaran Islam itu mendidik kita untuk tidak menuruti syahwat atau hawa nafsu. Lihatlah kita capek capek kerja siang hari, Allah perintahkan kita untuk shalat dhuhur. Padahal.lebih enak tidur daripada shalat kan? Begitu juga ketika malam hari atau di waktu Subuh. Enak enaknya tidur dianjurkan tahajud dan shalat subuh.
Bila nafsu berhasil kita tundukkan, maka kebaikan akan terus melimpah di diri kita. Begitu juga jilbab. Nafsu wanita ingin memperlihatkan rambut, dada atau bahkan pahanya. Tapi bila ia bisa mengerem nafsunya itu, maka kebaikan akan melimpah kepadanya. Laki laki pun bila mengikuti nafsunya ia ingin terus melihat aurat wanita.
Semoga putri putri kita terjaga dari budaya yang mengikuti syahwat atau syetan ini. Wallahu azizun hakim. []
Nuim Hidayat, Guru dan Penulis