AKIDAH

Meluruskan Pemahaman tentang Wali Allah dan Karamah

Sedari dini, kita telah banyak mendengar cerita-cerita tentang adanya manusia yang memiliki kekuatan yang melampaui hukum-hukum alam, bak seorang superhero dalam film-film Hollywood. Seperti cerita Prabu Kian Santang yang bisa menggandakan diri menjadi tujuh, atau cerita Gus Maksum, Kediri, yang rambutnya tidak mempan dengan gunting.

Kita sering diberi tahu oleh orang tua kita bahwa orang-orang yang memiliki perilaku aneh, kebiasaan yang tidak normal, dan yang memiliki kekuatan super, adalah kekasih Tuhan. Namun, apakah deskripsi yang demikian ini sudah tepat untuk menjelaskan siapa itu kekasih Tuhan?

Siapa itu Wali (Kekasih Tuhan)?

Sebagian dari kita (orang-orang awam) mungkin memahami wali sebagai manusia yang memiliki kekuatan superhero, seperti bisa terbang, berjalan di atas air, menggandakan diri, dan sebagainya. Pemahaman yang demikian ini kurang tepat dan cenderung reduktif. Sebab, pada hakikatnya—jika merujuk kepada Al-Qur’an—wali atau kekasih Tuhan adalah mereka yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Jadi, siapa pun yang terhimpun di dalam dirinya iman dan takwa, maka ia adalah wali Allah—meskipun ia tidak pernah terlihat terbang.

Sebagaimana difirmankan Allah dalam Surah Yunus, ayat 62-64:

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ * لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ

“Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (di akhirat).”

Terkait ayat di atas, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan informasi dari Allah tentang siapa wali-Nya, yakni mereka yang beriman dan bertakwa.

Dalam sebuah hadis, Nabi menjelaskan:

وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال:(إنَّ اللَّه قال: مَن عادَى لي ولِيًّا فقَدْ آذَنْتُهُ بالحَرْب) رواه البخاري. قال ابن حجر: “قوله: (من عادى لي وليا) المراد بولي الله العالم بالله المواظب على طاعته المخلص في عبادته”

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda, ‘(Allah berfirman): Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang terhadapnya.” (Hadis Riwayat Bukhari). Imam Ibnu Hajar menjelaskan: “Sabda-Nya: ‘(Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku)’, yang dimaksud dengan wali Allah adalah orang yang berilmu tentang Allah, konsisten dalam menjalankan ketaatan, dan ikhlas dalam ibadah kepada-Nya.”

Ibnu Taimiyah juga menjelaskan terkait siapa itu wali, beliau berkata:

بَلْ يُعْتَبَرُ أَوْلِيَاءُ اللَّهِ بِصِفَاتِهِمْ وَأَفْعَالِهِمْ وَأَحْوَالِهِمْ الَّتِي دَلَّ عَلَيْهَا الْكِتَابُ وَالسُّنَّة، وَيُعْرَفُون بنُور الإيمان والقرآن وبِحَقائقِ الْإيمان الباطِنة وشرائعِ الإِسلام الظَّاهر

“Sebaliknya, wali-wali Allah itu dinilai (dikenal) dari sifat-sifat mereka, perbuatan-perbuatan mereka, dan keadaan-keadaan mereka yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka dikenal dengan cahaya keimanan dan Al-Qur’an, dengan hakikat-hakikat keimanan yang batin, serta dengan syariat-syariat Islam yang tampak (zahir).”

1 2Laman berikutnya
Back to top button