PARENTING

Memadukan Kasih Sayang dan Ketegasan dalam Parenting Islami

Mengasuh anak-anak adalah seni yang menuntut keseimbangan. Terlalu lembut tanpa arah, anak bisa tumbuh manja dan rapuh. Terlalu keras tanpa cinta, anak bisa tumbuh dengan luka batin dan kehilangan rasa percaya. Di sinilah indahnya parenting dalam Islam: memadukan kasih sayang dan ketegasan.

‎Al-Qur’an menggambarkan Rasulullah ﷺ sebagai sosok penuh kasih: “Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” ‎(QS. At-Taubah: 128)

‎Ayat ini menunjukkan sisi rahmah (kasih sayang) beliau yang menjadi fondasi interaksi, termasuk dengan anak-anak. Namun, kasih sayang itu tidak menjadikan beliau abai terhadap ketegasan. Rasulullah ﷺ tetap mendidik anak-anak dengan aturan yang jelas. Dalam riwayat Abu Dawud, beliau bersabda:

“Perintahkan anak-anakmu untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (dengan pukulan mendidik, bukan menyakiti) jika mereka meninggalkannya pada usia sepuluh tahun…”

‎Hadis ini menunjukkan keseimbangan: dimulai dengan perintah lembut, dibarengi pembiasaan, dan bila perlu ditambah ketegasan.

‎Kasih sayang adalah pupuk yang menumbuhkan cinta, sedangkan ketegasan adalah pagar yang menjaga anak dari bahaya. Tanpa pupuk, tanaman kering; tanpa pagar, tanaman bisa dirusak. Begitu pula anak: ia butuh cinta agar hatinya subur, dan butuh aturan agar jalannya lurus.

‎Dalam kehidupan modern, sering kali orang tua terjebak pada ekstrem. Ada yang membiarkan anak “bebas berekspresi” hingga kehilangan batas, ada pula yang menekan anak dengan disiplin kaku hingga menumbuhkan pemberontakan batin. Padahal, parenting Islami adalah jalan tengah: tegas tapi hangat, penuh aturan tapi juga penuh pelukan.

‎Satu pelukan bisa menenangkan tangisan anak, tetapi satu prinsip yang ditegakkan bisa menyelamatkan masa depannya. Rasulullah ﷺ menunjukkan hal ini dengan sempurna: beliau mencium cucunya Hasan dan Husain, tetapi juga menegur dengan lembut bila ada adab yang terabaikan.

‎Maka, tugas orang tua Muslim adalah belajar dari keseimbangan ini. Jangan biarkan cinta membuat kita lalai, dan jangan biarkan ketegasan membuat kita kehilangan hati anak. Sebab pada akhirnya, anak-anak kita tidak hanya butuh bimbingan yang mengatur, tetapi juga kasih sayang yang menguatkan.

‎Dan ketika kasih sayang bertemu dengan ketegasan, lahirlah anak-anak yang tidak hanya patuh, tetapi juga mencintai nilai yang diajarkan. Anak-anak yang bukan sekadar takut melanggar, tetapi sadar bahwa aturan hidupnya berasal dari cinta Allah dan kasih orang tua.[]

Fakhurrazi Al Kadrie S.HI, M.Pd, Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kota Pontianak.

Back to top button