Memanfaatkan ‘Artificial Intelligence’ Cara Islam
Akal adalah anugerah besar yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Allah seringkali mengingatkan manusia untuk berpikir dan merenungi ayat-ayat-Nya, baik yang tertulis dalam Al-Qur’an maupun yang tersirat dalam alam semesta. Firman Allah:
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190).
Konsep berpikir dalam Islam melibatkan berbagai dimensi, seperti nazhar (merenung), faqih (memahami), hingga tadabbur (mempertimbangkan).
Pemahaman tersebut mengajarkan manusia untuk tidak hanya menggunakan teknologi seperti AI, tetapi juga merenungi dampaknya secara holistik. (Muhammad Fu’ad ‘Abd Al-Baqiy, Mu’jam al- Mufahras li Alfazh al-Qur’an: 1992).
AI adalah alat yang kuat dan canggih. Namun, manusia memiliki tanggung jawab untuk menggunakannya secara bijaksana. Sebagai makhluk yang dikaruniai akal, manusia harus tetap berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Teknologi, termasuk AI, seharusnya mendukung tugas manusia, bukan menggantikannya sepenuhnya.
Dengan menjaga keseimbangan antara teknologi dan akal budi, kita dapat memanfaatkan AI untuk kemajuan, tanpa kehilangan nilai-nilai kemanusiaan yang esensial. Islam memberikan panduan moral untuk menghadapi era revolusi teknologi ini, menjadikannya pelengkap, bukan ancaman. []
Bintang Anugrah, Mahasiswi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.