OPINI

Membaca Ulang Perdebatan Ulama di Tengah Darah Gaza

Fakta Keempat: Soal tudingan bahwa mereka membahayakan stabilitas—itu justru pertanyaan balik: Apakah mereka benar-benar sembrono? Apakah mereka tidak memikirkan dampaknya? Justru mereka ulama yang berilmu dan tahu pertimbangan maslahat dan mudarat.

Fakta Kelima: Seruan ini memang ditujukan kepada para pemimpin Muslim agar bertanggung jawab, karena mereka yang punya wewenang untuk bertindak dan menilai risiko dan manfaat dari setiap tindakan.

Penutup

Akhir Kalam, menurut penulis dinamika antara Dar Al-Ifta Mesir dan Persatuan Ulama Muslimin Sedunia dalam merespons tragedi kemanusiaan di Gaza bukanlah sekadar silang pendapat antar lembaga fatwa, melainkan cerminan dari benturan dua pendekatan dalam melihat peran ulama di tengah krisis: antara kehati-hatian institusional dan keberanian moral ulama umat. Sebenarnya, keduanya lahir dari tanggung jawab, namun menempuh jalur yang berbeda.

Dalam konteks ini, umat Islam perlu jernih menyikapi perbedaan. Menegaskan posisi jihad sebagai konsep syariat yang menuntut integritas, ilmu, dan kepekaan terhadap realitas. Namun, sikap diam terhadap kezaliman dengan dalih proseduralisme adalah apologi yang bisa menjauhkan syariat jihad dari fungsinya sebagai perisai pelindung umat.

Maka, sebagaimana yang telah diuraikan, keberanian ulama dalam menyuarakan kebenaran dan menyeru kepada tanggung jawab para pemimpin negara-negara muslim tidak boleh dipandang sebagai ancaman, melainkan sebagai peringatan cinta untuk menyelamatkan umat dari tragedi kemanusiaan Gaza. Di sisi lain, sikap Dar Al-Ifta yang mengedepankan kehati-hatian bisa dipandang sebagai bagian dari kehendak menjaga tatanan, bukan mematikan gerak.

Akhirnya, yang dibutuhkan umat hari ini bukan hanya seruan atau kehati-hatian, tetapi kepemimpinan spiritual yang mampu menjembatani keberanian yang terukur dan kebijaksanaan yang berpihak. Di tengah penderitaan Gaza dan berbagai penjuru dunia Islam, suara ulama semestinya menjadi pelita penunjuk jalan, bukan sekadar gema.[]

M. Reza Prima Matondang, Dosen FAI UM Jakarta & Pembina Barisan Muda Islam

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button