Membangun Kehidupan Seimbang
Ada keterkaitan erat antara akar yang menancap ke dalam tanah dengan cabang yang menjulang ke langit.
Jika akar melambangkan fondasi yang tersembunyi, maka cabang melambangkan ekspresi yang terlihat.
Keduanya menjadi simbol dari keutuhan yang hanya dapat dicapai ketika ada keseimbangan antara dasar yang kokoh dan pertumbuhan yang terarah.
Al-Qur’an menggunakan pohon sebagai simbol kehidupan yang penuh hikmah dalam beberapa ayat.
Pertama, pohon sebagai perumpamaan bagi iman, sebagaimana dalam QS. Ibrahim ayat 24-25: “Tidakkah Anda memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat (menancap di bumi), dan cabangnya menjulang ke langit? Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.”
Ayat ini menggambarkan bagaimana iman yang kokoh seperti pohon yang kuat. Akar yang menancap melambangkan keyakinan yang dalam, sementara cabang yang menjulang melambangkan amal yang memberi manfaat bagi orang lain.
Ayat ini memberi pelajaran bagi kita bahwa keyakinan yang benar bukan hanya bersifat teoritis tetapi juga harus dibuktikan melalui amal nyata.
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, sering kali kita terlalu sibuk dengan “cabang” atau tampilan luar, tanpa menyadari bahwa “akar” yaitu keyakinan yang mendalam, mungkin sudah mulai rapuh atau kurang diperhatikan.
Kedua, pohon yang buruk merupakan perumpaan kebatilan, sebagaimana dalam QS. Ibrahim ayat 26, “Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak sedikit pun).”
Pohon yang buruk melambangkan kebatilan yang tidak memiliki fondasi. Ia mudah tercerabut dan tidak dapat bertahan, sama seperti keburukan yang tidak punya kekuatan dan akhirnya akan hancur dengan sendirinya.
Kehidupan yang dibangun di atas kebatilan tidak akan memiliki keberlanjutan. Seperti pohon yang tercerabut, kebatilan akan kehilangan daya tariknya seiring berjalannya waktu.
Ini mengajarkan kita bahwa perlunya untuk berhati-hati terhadap pilihan hidup, karena hanya pilihan yang didasarkan pada kebenaran lah yang akan memberikan dampak jangka panjang.