Membangun Keluarga Islami
Setiap keluarga atau pasangan akan selalu berharap rumah tangga yang dibangunnya dipenuhi suasana sakinah mawaddah wa rahmah. Memiliki suami atau istri yang menyejukkan pandangan mata, memiliki anak-anak yang saleh dan salihah serta berbakti kepada kedua orangtuanya, apalagi jika berbagai kebutuhan hidup bisa tercukupi. Mungkin itulah gambaran rumah tangga ideal yang menjadi idaman setiap keluarga.
Keluarga, menurut pandangan Islam, tidak hanya sebagai tempat berkumpulnya suami, istri, dan anak. Lebih dari itu, keluarga memiliki fungsi dan peranan yang penting dalam menentukan nasib suatu bangsa. Rumah tangga adalah asas dari sebuah masyarakat dan negara. Baik buruknya suatu masyarakat tergantung bagaimana keluarganya. Baiknya rumah tangga maka baiklah semuanya, buruknya rumah tangga maka buruklah semuanya.
Tentu saja setiap keluarga Muslim berharap mewujudkan keluarga idaman yang Islami itu, keluarga yang ideal yang menjadi impian semua rumah tangga.
Namun sayang, saat ini untuk bisa mewujudkan keluarga ideal semacam ini bukan sesuatu yang mudah. Kenapa? sistem sekuler yang mengungkung masyarakat kita saat ini membuat kehidupan serba sempit. Berbagai krisis terus mewarnai kehidupan masyarakat, mulai dari krisis politik, krisis ekonomi, krisis moral dan budaya, krisis sosial dan sebagainya.
Hal ini diperparah dengan adanya benturan-benturan nilai akibat berkembangnya pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam dan menjadi racun dalam rumah tangga. Kenyataan ini mau tidak mau berdampak pada kehidupan keluarga-keluarga Muslim. Jarang kita temui keluarga Muslim yang benar-benar bisa menegakkan nilai-nilai Islam di dalam keluarganya. Sebagian keluarga Muslim bahkan ikut terjebak pada kehidupan yang materialistik dan individualistik.
Tak sedikit pula keluarga Muslim yang turut goyah bahkan terguncang, hingga angka perceraian dan trend single parent terus meningkat. Dampaknya adalah terhadap anak.
Apa saja usaha yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan agar bangunan rumah tangga Islami yang kita impikan dapat terwujud, kebahagiaan yang ada tidak dibatasi hanya selama hidup di dunia saja melainkan sampai nanti di akhirat.
Pertama, Pahami bahwa berumah tangga adalah ibadah maka niatkan karena Allah SWT
Orang-orang didalam rumah tangga itu diawali dari suami, istri dan kemudian memiliki anak. Apabila ini baik semuanya dijalankan atas perintah-perintah Allah dan larangan-larangannya InsyaAllah masyarakat itu akan menjadi baik. Setiap rumah tangga itu baik suami atau istri diibaratkan sebagai pegawai, yang memiliki perusahannya adalah Allah SWT. Jadi gajinya, bonusnya yang diberikan akan didapatkan ketika menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik.
Melakukan tugas, suami bukan karena istrinya, istri bukan karena suaminya tapi karena Allah semata. Suami istri yang melakukan kewajibannya karena Allah tidak akan merasa jenuh walaupun pasangannya memiliki kekurangan, dia akan menerima dan berusaha membantu karena itu kewajiban dari pasangannya.