Membangun Keluarga Islami
Seorang suami apabila tahu istrinya salah tidak melayani suami, membuka auratnya dia tahu itu kewajiban istrinya, istrinya akan dihukum oleh Allah, dia akan menasehati istrinya bukan karena haknya tapi khawatir istrinya masuk neraka dan dihukum oleh Allah.
Begitu pula sebaliknya, jika istri melihat suaminya tidak melakukan kewajibannya, contohnya tidak memberikan nafkah, maka sikap istri menasehati suaminya bukan semata-mata karena haknya tapi saya khawatir jika tidak memberikan nafkah akan dihukum oleh Allah.
Jadi Kembalikan selalu kepada Allah. Yang memberikan hak adalah Allah, yang memberikan kewajiban adalah Allah, yang menghukum ketika melanggar adalah Allah. Selalu hadirkan Allah dalam rumah tangga kita, senantiasa penuhi kehidupan berkeluarga dengan amal-amal salih yang bisa mendatangkan ridhaNya. Rumah tangga yang dilandasi asas ini InsyaAllah akan bahagia.
Kedua, Pahami bahwa anggota keluarga terutama anak adalah aset dan kunci surga.
Secara khusus Allah mengingatkan kepada kita dalam firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu …” (QS. At Tahrim : 6).
Dalam pandangan Islam, selain memiliki fungsi sosial, keluarga juga memiliki fungsi politis dan strategis. Secara sosial, keluarga adalah ikatan terkuat yang berfungsi sebagai pranata awal pendidikan primer, ayah dan ibu sebagai sumber pengajaran pertama, sekaligus tempat membangun dan mengembangkan interaksi harmonis untuk meraih ketenangan dan ketentraman hidup satu sama lain.
Secara politis dan strategis, keluarga berfungsi sebagai tempat yang paling ideal untuk mencetak generasi unggulan, yakni generasi yang bertakwa, cerdas dan siap memimpin umat membangun peradaban ideal di masa depan, hingga umat Islam muncul sebagai khairu ummah (ummat terbaik).
Karenanya, keluarga dalam fungsi-fungsi ini bisa diumpamakan sebagai madrasa yang siap mencetak pribadi-pribadi mujtahid sekaligus mujahid. Bagaimana dahulu para shahabiyah menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita, keberhasilan para ibu terdahulu keluarga yang mampu mendidik anak-anak mereka, hingga menjadi generasi rabbani yang mengerti arti dan hakikat hidup, makna kebahagiaan hakiki, dan semangat pengabdian pada Islam.
Hal ini karena dalam diri mereka tertanam keyakinan kuat bahwa anak adalah amanah Allah yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak dan aset bagi kedua orangtuanya.
Mereka paham betul, tidak ada yang bisa memberikan kebahagiaan hakiki pada anak-anaknya selain iman dan takwa. Tak ada harta yang mereka wariskan kepada anak-anak selain keimanan yang kukuh, kecintaan akan ilmu dan amal saleh, serta semangat berkorban demi kemuliaan umat dan Islam semata. Disinilah kewajiban orangtua dan pahala besar bagi keduanya ketika mampu mendidik secara Islami mengkondisikan semua anggota keluarganya dalam posisi bertakwa sampai masing-masing dijemput oleh kematian.