SAKINAH

Membangun Ketahanan Keluarga di Era Digital

Namun, melalui ketaatan kepada Allah, kesabaran, dan kepercayaan yang kuat di antara mereka, keluarga ini mampu menghadapi ujian tersebut dengan penuh ketabahan. Kisah ini mengajarkan bahwa ketahanan keluarga tidak hanya dibangun di atas dasar cinta semata, tetapi juga melalui sinergi iman, komunikasi yang baik, dan kerja sama yang solid dalam menghadapi tantangan.

Di era modern, nilai-nilai yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim as tersebut tetap relevan. Ketahanan keluarga harus dimulai dari penguatan fondasi spiritual. Salat berjamaah, membaca Al-Qur’an bersama, dan berdiskusi tentang nilai-nilai Islam adalah cara-cara yang dapat mempererat hubungan antaranggota keluarga.

Selain itu, komunikasi yang terbuka dan penuh kasih sayang juga menjadi kunci. Banyak keluarga yang hancur bukan karena kekurangan materi, tetapi karena kurangnya komunikasi yang sehat di antara mereka. Orang tua perlu mendengarkan anak-anak mereka dengan empati, sementara anak-anak juga diajarkan untuk menghormati dan memahami orang tua mereka.

Tidak kalah penting, peran setiap anggota keluarga harus dikelola dengan adil dan penuh pengertian. Rasulullah Saw adalah teladan utama dalam hal ini. Sebagai seorang pemimpin umat, beliau tetap meluangkan waktu untuk membantu pekerjaan rumah tangga dan bermain bersama anak-anak.

Dalam konteks modern, hal ini mengajarkan pentingnya pembagian peran yang adil antara suami dan istri, serta melibatkan anak-anak dalam tugas rumah tangga agar mereka belajar tanggung jawab sejak dini.

Meski demikian, teknologi bukanlah musuh. Justru, jika dimanfaatkan dengan tepat, ia dapat menjadi alat yang mempererat hubungan keluarga. Orang tua, misalnya, dapat menggunakan teknologi untuk memperkenalkan anak-anak pada nilai-nilai Islam melalui konten edukatif yang menarik, seperti video kisah para nabi, aplikasi belajar Al-Qur’an, atau permainan yang mengajarkan akhlak mulia.

Selain itu, teknologi juga memungkinkan keluarga yang terpisah secara geografis untuk tetap saling terhubung melalui panggilan video atau pesan instan. Namun, keseimbangan tetap diperlukan. Waktu tanpa perangkat (device-free time) harus menjadi prioritas, di mana seluruh anggota keluarga berkumpul tanpa distraksi teknologi untuk berdiskusi, berbagi cerita, atau sekadar menikmati kebersamaan.

Selain itu, keluarga juga perlu memberikan perhatian khusus pada pendidikan anak. Anak-anak adalah amanah yang akan menentukan masa depan umat Islam. Orang tua harus memastikan bahwa mereka tumbuh dengan nilai-nilai Islami yang kuat, meski di tengah derasnya pengaruh budaya luar.

Pendidikan ini tidak harus selalu dilakukan melalui cara formal, tetapi juga melalui teladan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengajarkan anak-anak tentang pentingnya kejujuran, kerja keras, dan ketaatan kepada Allah melalui tindakan nyata.

Ketahanan keluarga di era modern adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kerja sama, kesabaran, dan dedikasi. Dengan memadukan nilai-nilai spiritual yang diajarkan Islam dan pendekatan rasional yang relevan dengan tantangan zaman, keluarga Muslim dapat menjadi benteng yang kokoh dalam menghadapi dinamika kehidupan modern.

Seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” Dengan memahami pesan ini, kita diajak untuk menjadikan keluarga sebagai prioritas utama, bukan hanya untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga sebagai bekal menuju akhirat.[]

Ghozi Jaisy Shiddiq, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button