Memburu Lailatul Qadar
Menurut para ulama salaf penyembunyian waktu lailatul qadar adalah agar kita menghidupkan semua malam. Ini seperti hikmah Allah menyembunyikan saat ijabah di hari Jumat supaya kita berdoa sepanjang hari. Atau seperti Allah menyembunyikan shalat wustha’ dalam shalat lima waktu, supaya kita memelihara kesemuanya. Atau Allah menyembunyikan isim A’dham di antara nama-nama-Nya supaya kita menyerunya dengan nama-nama itu.
Allah menyembunyikan mana taat yang mendapat keridlaan-Nya supaya kita mengerjakan semua taat dengan sepenuh hati. Atau Allah menyembunyikan mana maksiyat yang sangat dimarahi supaya kita menghentikan semua maksiyat itu. Atau Allah menyembunyikan semua yang menjadi wali diantara para mukmin, supaya kita berbaik sangka terhadap sesama mukmin. Atau Allah menyembunyikan kedatangan kiamat supaya kita selalu siap siaga. Allah menyembunyikan ajal manusia supaya kita selalu dalam persiapan (Hasbi As Shiddiqqie, Pedoman Puasa, halaman 255-256).
Tanda-Tanda Lailatul Qadar
Para ulama berselisih pendapat tentang tanda-tanda datangnya lailatul qadar. Beberapa tanda yang dapat di-lihat oleh mereka yang mendapatkannya, antara lain:
Pertama: Orang yang mendapati malam al qadar itu melihat bahwa segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit bersujud kehadirat Allah.
Kedua: Orang yang mendapati malam itu melihat bahwa alam terang benderang, walaupun di tempat-tempat yang gelap sekalipun.
Ketiga: Orang yang mendapat malam itu mendengar salam para malaikat dan tutur katanya.
Keempat: Orang yang mendapati malam itu diperkenankan segala doanya. (Hasbi As Shiddiqqie, idem, halaman 263).
Adapun pahala ibadah tetap diperoleh meskipun tanda-tanda tersebut tidak dapat dilihatnya. Sedangkan bagi mereka yang melihat tanda-tanda malam al qadar, hendaklah menyembunyikan dan terus berdoa dengan sungguh-sungguh, ikhlas dan khusyu’, dengan doa apa saja yang di-gemarinya, keduniaannya atau keakhiratannya, dan hendak-nya ia berdoa untuk akhirat-nya lebih banyak dan lebih kuat dari pada untuk dunianya.
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Ubadah ibn Shamid. “Rasulullah mengabarkan kepada kami tentang lailatul qadar. Beliau berkata: “Dia di dalam bulan Ramadhan, di puluhan yang akhir malam 21, atau malam 23, 25, 27 atau malam 29, atau di akhir malam bulan Ramadhan. Barang siapa mengerjakan qiyam (sholat tarawih dan lain-lain) pada malam itu karena imannya kepada Allah dan karena mengharap keridlaan-Nya, niscaya diampunilah dosanya yang telah lalu dan dosa yang akan datang.”
Melihat besarnya pahala pada malam kemuliaan itu, alangkah baiknya seorang muslim menghidupkan lailatul qadar. Bagaimana caranya?
Menghidupkan malam al qadar ialah dengan mengerjakan taat, melaksanakan shalat trawih, beristighfar, berdzikir, membaca Al-Qur’an serta beri’tikaf, menambahkan amalan ihsan dan memperbanyak sedekah.