Memburu Lailatul Qadar
Para hartawan dahulu mempergunakan bulan Ramadhan untuk berlomba-lomba memenuhi keperluan orang-orang yang memerlukan bantuan, sebagai suatu usaha memenuhi seruan agama dan meneladani Rasulullah Saw. Mereka menyembunyikan shadaqah-shadaqah mereka hingga tidak diketahui tangan kiri, apa yang diberikan tangan kanan.
Sebagian hartawan dahulu menanti-nanti lailatul qadar, malam dimana Allah melipatgandakan pahala-Nya. Mereka menyembunyikan dirinya, mencari keluarga-keluarga yang miskin di malam buta. Mereka memberikan segala yang dibawanya kepada keluarga miskin, tanpa dikenal oleh yang menerima pemberian itu. Dia kembali tanpa diketahui siapa dirinya.
Inilah suatu adab yang tinggi yang amat baik bagi kita dalam meneladani sikap para ulama kaum muslimin terdahulu.
Aisyah diperintahkan berdoa di malam al qadar. Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari ‘Aisyah, bahwa Rasul mengajarkan kepada ‘Aisyah doa yang diucapkan pada malam al qadar, yaitu:
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَفَاعْفُ عَنِّي
“Wahai Tuhanku, Sesungguh-nya Engkau adalah Tuhan Yang Ma¬ha Pemaaf, Engkau menyukai kemaafan. Maka maafkanlah aku.”
Dalam Hasyiyah Al Jalalain, As Sawi berkata: “Doa yang paling baik didoakan pada malam itu (al qadar) ialah memohonkan kemaafan dan keafiatan, sebagaimana yang telah diterima dari Nabi Saw.”
Harus diwaspadai bahwa ada orang-orang yang kehilangan kesempatan atau terhalang dari kemuliaan dan keberkahan Lailatul Qadar. Dalam suatu hadits Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ اللهَ يَنْظُرُلَيْلَةَ الْقَدْرِإِلىَالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صلعم فَيَعْفُوْ عَنْهُمْ وَيَرْحَمُهُمْ إِلاَّ أَرْبَعَةً:مُدْمِنَ خَمْرٍ، وَعَاقًّا، وَمَشَاحِنًا، وَقَاطِعَ رَحْمٍ
“Sesungguhnya Allah melihat pada malam al qadar kepada orang-orang mukmin dari umat Muhammad, lalu dimaafkan mereka dan dirahmati-Nya, kecuali empat golongan orang, yaitu : Peminum minuman keras, pendurhaka kepada ibu-bapak, orang yang selalu bertengkar dan orang yang memutus tali silaturahmi.”