Mempersatukan Umat (1)
Dengan tegas sekali firman Allah SWT menunjukkan dalam ayat yang menyusul, apakah itu wijhah yang mempersatukan umat Muhammad:
يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللّٰهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ࣖ
“Wahai Nabi (Muhammad), cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagi engkau dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (QS. Al Anfal: 64)
Wijhah, tujuan hidup dan tujuan mati mukminin hanyalah satu, yakni: keridhaan Allah semata-mata. Inilah motifnya untuk mengerjakan sesuatu atau untuk berdiam diri.
Ini niatnya dalam beribadah dan beramal. Keridhaan Allah, semata-mata. Inilah motifnya untuk mengerjakan sesuatu atau menahan diri dari melakukan sesuatu. Ini juga motifnya untuk menyatakan sesuatu atau untuk berdiam diri. Ini niatnya dalam beribadah dan beramal. Keridhaan Allah, bukan keridhaan manusia. Dan bukan “asal aku senang” atau “asal golonganku senang”.
الَّذِيْ يُؤْتِيْ مَالَهٗ يَتَزَكّٰىۚ وَمَا لِاَحَدٍ عِنْدَهٗ مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزٰىٓۙ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْاَعْلٰىۚ وَلَسَوْفَ يَرْضٰى ࣖ
“… yang memberikan hartanya kerena ingin hendak bersih; padahal tidak ada padanya budi seseorang yang patut dibalas; tetapi karena hendak mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi; dan Dia (Tuhannya) akan ridha kepadanya….” (QS. Al Lail: 18-21).
Wijhah mencari keridhaan Allah yang telah dipegang oleh orang-orang yang beriman inilah, ikatan pemersatu. Itulah yang dimaksud oleh ayat:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ
Carilah keridhaan Allah yang Satu, agar dapat kita bersatu.
“Jangan cari benda-benda yang bertebaran; nanti kita akan bertebaran lantarannya.” Demikian amanat seorang pemimpin Islam Indonesia, almarhum Ki Bagus Hadikusumo, kira-kira 25 tahun yang lampau. [BERSAMBUNG]
Sumber: M. Natsir. Mempersatukan Ummat, Jakarta: CV Samudera, 1983.