AKHLAK

Menanamkan Pendidikan Akhlak bagi Anak

Semisal banyaknya media yang berkontribusi dalam membentuk akhlak buruk pada anak. Semisal tontonan di media televisi yang terlalu bebas dan mempertontonkan kekerasan. Permainan game di gawai yang mempertontonkan kekerasan dan mengandung pornografi. Pergaulan yang bebas tanpa nilai, juga informasi tanpa filter di media sosial.

Hal demikian sedikit banyak menjadi hambatan bagi orang tua dalam membentuk akhlak yang baik pada anak.

Karenanya membentuk akhlak yang baik pada anak adalah kewajiban orang tua yang harus mendapat dukungan dari lingkungan masyarakat yang baik, dan negara yang baik, yang menerapkan sistem Islam kaffah. Sebab hanya sistem Islam kaffah saja yang akan menerapkan dan mengadakan segala sarana dan prasarana yang akan mendukung bagi pembentukan akhlak yang mulia pada anak.

Definisi Akhlak dan Kepentingannya

Akhlak berasal dari kata khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat yaitu sifat manusia yang terdidik oleh keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan melalui proses pemikiran, pertimbangan, analisa dan ketangkasan.

Sedangkan secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik, seperi contohnya bisa mengkomunikasikan sesuatu dengan baik, tidak berbohong, tidak berbuat curang, selalu jujur dalam pekataan dan perbuatan.

Tolak ukur yang menentukan baik-buruknya akhlak seseorang adalah Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah Muhammad Saw. Karena itu tidak berlebihan jika akhlak disebut juga sebagai buah pelaksanaan hukum syariat. Buah ketaatan kepada Allah SWT. Sehingga seseorang akan memiliki budi pekerti yang mulia, dan akan menjelma sebagai sosok yang memiliki karakter kuat dalam melaksanakan amal sholih.

Karenanya akhlak yang paling mulia adalah akhlak yang dibangun berdasarkan ketundukannya terhadap Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Saw. Seperti yang digambarkan dengan sempurna tentang gambaran akhlak Rasulullah Saw yang sempurna, dalam gambaran hadits berikut :

Sa’ad bin Hisyam bin Amir berkata,

فَقُلتُ : يَا أُمَّ المُؤمِنِينَ ! أَنبئِينِي عَن خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَت : أَلَستَ تَقرَأُ القُرآنَ ؟ قُلتُ : بَلَى .قَالَت : فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَانَ القُرآنَ .قَالَ : فَهَمَمْتُ أَن أَقُومَ وَلَا أَسأَلَ أَحَدًا عَن شَيْءٍ حَتَّى أَمُوتَ …الخ رواه مسلم (746

“Aku berkata, ‘Wahai Ummul Mukminin, beritahukanlah aku tentang akhlak Rasulullah Saw !” Aisyah bertanya, ‘Bukankah engkau membaca Al-Qur’an?” Aku menjawab, “Ya.” Ia berkata, “Sesungguhnya akhlak Nabi Saw adalah Al-Qur’an.” Kemudian aku hendak berdiri dan tidak bertanya kepada siapapun tentang apapun hingga aku mati…” (HR. Muslim, no. 746).

Karenanya jika menginginkan anak memiliki akhlak yang mulia maka wajib bagi kedua orang tuanya untuk mengajarkan Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Saw kepada anak. Sehingga ia akan memahami dan menerapkannya dalam kehidupannya. Juga wajib kiranya untuk ada masyarakat yang baik, dan negara yang mendukung pembentukan akhlak yang baik pada anak, dengan menerapkan sistem Islam secara kaffah.

Sebab di sinilah pentingnya menanamkan nilai akhlak pada anak, agar ia selamat kehidupannya di dunia dan akhirat. Wallahua’lam.

Ayu Mela Yulianti, S.Pt., Pegiat Literasi dan Pemerhati Kebijakan Publik.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button