Menanti Generasi Usamah Masa Kini
Dikenal sebagai pemuda militan di zamannya, mendapat gelar kehormatan sebagai panglima perang termuda Rasulullah. Usianya baru 18 tahun ketika itu. Namun sosoknya menjadi Inspirasi pemuda sepanjang zaman. Dia adalah Usamah bin Zaid. Putra dari Zaid bin Haritsah, salah satu syuhada di Perang Mu’tah.
Usamah kecil tumbuh dengan keimanan dan keberanian yang luar biasa. Kerap kali ia mendapatkan didikan melalui sentuhan kedua tangan baginda rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam. Kecintaan rasulullah seperti cintanya kepada cucunya, Hasan bin Ali yang memiliki usia sepantaran dengannya.
Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memangku Usamah di paha kiri beliau, sedang Hasan di paha sebelah kanan. Rasulullah kemudian merangkul keduanya seraya berdoa “Yaa Allah, sesungguhnya aku mencintai kedunya, maka cintailah keduanya”
Ketika Usamah bin Zaid menginjak usia dewasa, ia memperlihatkan sifat-sifat dan pembawaan yang mulia. Jiwa ksatria tergambar jelas dalam dirinya. Ia dikenal sangat cerdas, pemberani, ramah, bijaksana dan digemari oleh masyarakat.
Saat perang Uhud, Usamah bin Zaid mendatangi nabi agar diizinkan ikut berperang. Namun kemudian tidak diperbolehkan lantaran dinilai belum cukup umur. Dalam kesedihan yang mendalam ia pulang dengan berlinangan air mata. Ada perasaan kecewa tidak dapat ikut berjuang dibawah panji Rasulullah.
Di suatu waktu, Rasulullah dan kaum muslimin tengah bersiap-siap menghadapi perang Khandaq. Usamah yang ketika itu baru berumur 15 tahun, kembali mendatangi Rasulullah untuk diperbolehkan ikut serta dalam ekspedisi kali ini. Sampai-sampai Usamah mengganjal kakinya dan mendongakkan kepalanya agar terlihat tinggi. Hal ini dilakukan agar diizinkan ikut berjihad dijalan Allah. Maa syaa Allah, sebuah azzam yang kuat untuk selalu berjuang dijalan Allah. Usama bin Zaid akhirnya berhasil dan mendapat izin dari Rasulullah.
Berbagai pengalaman heroik telah ia alami dan saksikan, semakin mematangkan dirinya, mengantarkannya menjadi panglima perang termuda Rasulullah.
Tertulis kisah keheroikannya, atas izin Allah, panglima perang pilihan Rasulullah, Usamah bin Zaid. Ia maju dan melaksanakan perintah Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam. Ia membawa pasukannya ke perbatasan Al-Balqa’ dan benteng Ad-Darum untuk membebaskani penduduk Romawi.
Begitu bijaksana dan semangat yang membara dari sang panglima muda. Usamah bin Zaid telah mencabut rasa takut kaum muslimin terhadap tentara Romawi yang dikenal dengan pasukan yang kuat dan besar.
Terpancar sudah cahaya penaklukan jika pertempuran ini dimenangkan kaum muslimin untuk membuka negeri-negeri Syam, Mesir dan Utara Afrika seluruhnya. Perang terus bergejolak, dan akhirnya pasukan muslimin dibawah komando panglima muda Usamah bin Zaid pulang membawa kemenangan.
Usamah bin Zaid dan pasukannya pulang membawa banyak ghanimah, bahkan harta tersebut melebihi jumlah perkiraan. Sampai-sampai ada sahabat yang berkata, “Tidak ada pasukan yang lebih selamat dan banyak harta rampasannya melainkan dari pasukan Usamah bin Zaid.”
Usamah bin Zaid, generasi pertama Islam yang sosoknya dirindukan umat masa kini. Generasi Islam yang tangguh, pemberani dan mengorbankan seluruh miliknya hanya untuk Islam saja. Ia pimpin kaum muslimin tanpa keraguan, bahkan tak ada ketakutan sedikit pun berlaga di medan perang. Padahal usianya begitu belia.
Semua itu tak lain dan tak bukan, semata-mata untuk membebaskan umat manusia dari tirani dan penghambaan atas sesama manusia. Ia persembahkan dan buktikan bahwa cinta terbaiknya hanya untuk Allah dan Rasulullah saja.
Sobat muda, bandingkan dengan generasi zaman now. Usia mereka bisa saja sama, sepantaran dengan Usamah. Namun sungguh miris, masa muda terlewati dengan hal-hal tidak berfaedah. Lihatlah generasi ala Dilan yang menggambarkan sosok pemuda masa kini. Cinta dan keberaniannya semata untuk memenuhi kesenangan dunia yang fana dan jauh dari aturan agama.
Gaya hidup hedonis, telah merenggut tujuan hidupnya sebagai hamba. Begitu pun jiwa kepemimpinan telah terkisis dengan sikap acuh terhadap kondisi disekelilingnya. Jangankan untuk menjadi pemimpin ditengah-tengah umat, bahkan untuk menjaga dan memimpin dirinya saja ia tidak mampu, karena minimnya visi misi yang dimiliki.
Sesungguhnya pemuda adalah penggerak perubahan yang akan menyongsong peradaban mulia dan melanjutkan kepemimpinan Islam di masa yang akan datang.
Karenanya, jadilah sosok pemuda Islam yang memiliki semangat juang layaknya Usamah bin Zaid masa kini. Sambutlah seruan Allah dalam firmanNya,
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Taubah 9: Ayat 111)
Wallahu ‘alam bi ash-shawwab
Ernadaa Rasyidah
(Member Akademi Menulis Kreatif)