Menarik, Tafsir Hamka tentang Surat An-Nashr
Sesungguhnya Dia adalah sangat Pemberi Tobat (ujung ayat 3)
Karena Dia adalah Allah. Dia adalah kasih saying kepada hambaNya, dan Dia mendidik, melatih jiwa raga hambaNya, agar kuat menghadapi warna-warni cobaan hidup di dalam mendekatiNya.
Seakan-akan berfirmanlah Allah, ”Bila pertolongan telah dating dan kemenangan telah dicapai, dan orang telah menerima agama ini dengan tangan dan hati terbuka, maka rasa sedih telah sirna dan rasa takut telah habis. Yang ada setelah itu adalah rasa gembira, suka cita dan syukur. Hendaklah diisi kegembiraan itu dengan tasbih dan tahmid, puji dan syukur, tabah kuatkan hati mendekatinya. Jangan takabbur dan jangan lupa diri.”
Oleh sebab itu maka tersebutlah di dalam Sirah Nabawi, bahwa Nabi saw Ketika beliau masuk dengan kemenangan gemilang itu ke dalam kota Mekah, demi melihat orang-orang yang dahulu memusuhinya telah tegak meminggir ke tepi jalan, melapangkan jalan buat dilaluinya, beliau tundukkan kepalanya ke tanah, merendahkan diri kepada Allah, sehingga hampir terkulai ke bawah kendaraannya, unta tua yang bernama Qashwa, yang dengan itu dia berangkat sembunyi-sembunyi meninggalkan negeri yang dicintainya itu dahulu, dan dengan unta itu pula dia masuk ke sana Kembali sebagai penakluk delapan tahun kemudian.
Menurut catatan al Hafizh Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bari, dalam hadits yang dirawikan Abu Ya’la dari Abdullah bin Umar, surah ini diturunkan ialah Ketika beliau berhenti di Mina di hari Tasyriq, pada waktu beliau melakukan Haji Wada’. Maka mafhumlah beliau bahwa surah ini pun adalah menjadi isyarat juga baginya bahwa tugasnya sudah hampir selesai di dunia ini dan tidak lama lagi dia pun akan dipanggil ke hadirat Allah.
Ada juga kemusykilan orang tentang riwayat itu. Sebab Haji Wada’ terjadi dua tahun setelah Mekah takluk, tetapi yang mempertahankan Riwayat itu mengatakan bahwa orang berbondong masuk ke agama Allah itu tidaklah putus-putus sampai pun Ketika Haji Wada’ itu, bahkan sampai sampai setelah beliau Kembali ke Madinah selesai Haji Wada’.
Dan tersebut juga dalam catatan riwayat bahwa beberapa orang sahabat yang utama, seperti Abu Bakar, Umar dan Abbas mengerti juga akan isyarat di balik surah ini. Karena mereka yang mengerti Bahasa Arab, Bahasa mereka sendiri, tahulah bayangan kata kalau pertolongan telah dating dan kemenangan telah tercapai, artinya tugas telah selesai.
Sebab itu ada riwayat dari Muqatil, bahwa ketika ayat ini dibaca Nabi di hadapan sahabat-sahabat, banyak yang bergembira, namun ada yang menangis, antara lain Abbas bin Abdul Muthalib.
“Mengapa menangis paman?” tanya Nabi Saw kepada beliau. Abbas menjawab, ”Ada isyarat pemberitahuan waktumu telah dekat.”
“Tepat apa yang paman sangka itu,” kata Nabi.
Dan hanya enam puluh hari saja, menurut keterangan Muqatil, sesudah Abbas bercakap-cakap itu, memang Nabi berpulanglah ke hadirat Allah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Umar bin Khattab pada masa pemerintahannya memanggil orang-orang tua yang hadir dalam Perang Badar untuk pertemuan silaturahmi. Di sana hadir Ibnu Abbas yang masih muda. Beliau tanyakan pendapatnya tentang surat Idzaa Jaa a Nashrullaahi ini. Dia pun menyatakan bahwa surah ini isyarat bahwa ajal Nabi telah dekat. Dan sejak ayat itu turun, selalu Rasulullah membaca dan sujud dan ruku’nya,
Subhaanaka rabbanaa wabihamdika allahummaghfirli “Amat suci Engkau Ya Tuhan kami, dan dengan puji-pujian kepada Engkau Ya Tuhanku, ampunilah kiranya aku ini.”