Menawar Islam
Hingga akhirnya para intelektual pada masa itu perlu melakukan penawaran. Membuat jalan tengah. Tetap memberi posisi pada gereja sebagai agama ruhiyah. Sedangkan posisi pemerintahan, diambil alih oleh kaum intelektual. Damai, menurut mereka. Tidak ada penindasan ala gereja. Tidak ada dominasi, sebab kezaliman telah dipatahkan.
Berbeda dengan agama lain, Islam bukan sekedar agama ruhiyah. Kelengkapan aturannya membuktikan bahwa tercakup di dalam Islam seluruh sistem kehidupan. Tidak hanya mengatur peribadatan, tapi juga ekonomi, sosial, budaya, urusan keluarga hingga pemerintahan ada di dalam Islam.
Sejarah telah membuktikan bahwa Islam mampu mengatasi keberagaman. Islam memandang umat dengan pandangan kemanusiaan secara utuh. Bukan sektarian, kelompok atau madzhab. Sebab penerapan hukum terhadap warga negara, adalah sama. Tidak memandang apakah ia muslim atau non muslim.
Ekspedisi militer yang dilakukan pada masa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wassalam, di perbatasan Romawi. Kemudian berlanjut pemerintahan Khulafaur Rasyidin membebaskan Irak yang di dalamnya ada penganut nasrani, mazdak dan zoroaster. Persia dengan ‘ajam. Syam yang terdiri dari Suriah, Armenia, Yahudi. Hingga Afrika utara dengan bangsa barbar, dibebaskan.
Negeri-negeri yang difutuhati pun senang menyambut Islam. Hingga akhirnya berbondong-bondong masuk ke dalam Islam. Khalifah setelahnya pun melakukan hal yang sama. Aktivitas pembebasan membuat seluruh bangsa melebur, tunduk di bawah Islam. Dengan kesatuan tsaqofah, undang-undang , bahasa bahkan kemudian agama, adalah suatu hal yang tidak mampu ditandingi oleh kekuatan manapun.
Maka ketika Islam kemudian menjadi tertuduh karena dianggap terlalu keras atau radikal, kemudian ditawar agar tidak terlalu keras dan tidak radikal, justru memperlemah Islam. Memandang bahwa aturan Allah keliru dan tidak relevan di tempat dan masa yang berbeda, malah akan mencelakakan umat. Campur tangan manusia ke dalam aturan buatan Allah, hanya akan merusak Islam.
Membuat format baru tentang Islam, dengan memasukkan pemikiran manusia yang terbukti selalu lemah, jelas menyesatkan. Membelokkan umat. Membuat umat tergiring dari jalannya yang lurus. Sebab Islam pun senantiasa menjaga ketinggian berpikir umat. Ketaatan pada seluruh aturan membuat manusia dipastikan selalu berada dalam kemuliaan.
Tarik ulur ajaran Islam. Menganggap Islam bisa diperlakukan sama sebagaimana dahulu revolusi Perancis mengkompromikan kristen. Rasionalisasi terhadap ajaran Islam akan terus dilakukan pengusung Islam wasathiyyah. Mereka akan terus mencari kelemahan Islam, kemudian membuat format baru ala moderat.
Bahkan pengusung ide ini pun tidak mampu melihat fakta bahwa konflik berkepanjangan yang menimpa kaum muslim saat ini seperti Palestina, Suriah, Uyghur, Rohingya dan lainnya, adalah akibat dominasi sistem kufur. Bukan karena ajaran Islam. Seharusnya kaum muslim mencari jalan agar saudaranya yang terjajah ini bisa selamat. Bukan malah merusak ajaran Islam dan membiarkan saudaranya di negeri terjajah dalam penderitaan.
Hanya umat yang tetap berpegang teguh pada agamanya yang bisa menolong sesama kaum muslim. Solusi Islam sahih. Sebab hanya Islam yang tepat bagi umat, bukan yang lain. Islam yang dibawa Rasulullah Shallallaahu alaihi wassalam dan yang datang dari Allah Subhaanahu wa ta’ala. Bukan dari pengusung Islam wasathiyyah. Wallahu a’lam.
Lulu Nugroho
Muslimah Penulis dari Cirebon