OASE

Mencari Ketenangan di Tengah Berisiknya Dunia dan Manusia

Ketika terlalu sering memikirkan hal-hal yang tidak bisa diubah, seseorang bisa mengalami gangguan psikosomatik, seperti jantung berdebar, kepala pusing, perut mulas, bahkan panik tidak beralasan. Tubuh akhirnya “berisik” karena hati dan pikirannya tidak lagi seimbang.

Dalam psikologi positif, dikenal istilah locus of control, apakah kita mengandalkan kendali dari luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Islam sejak awal telah mengajarkan internal locus, yakni tanggung jawab pribadi atas niat, amal, dan kesabaran.

Sayangnya, dunia hari ini mendorong kita untuk hidup reaktif, bukan reflektif. Padahal, ketenangan itu butuh ruang hening. Butuh jeda. Butuh keberanian untuk tidak selalu ikut arus. Seperti dalam kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam yang difitnah dan dipenjara padahal tidak bersalah. Ia tidak menyalahkan orang lain atau menyerah pada situasi. Ia tetap tenang, tetap menjaga diri, dan akhirnya diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

Begitu pula dalam kehidupan kita. Kita mungkin tidak bisa mengontrol siapa yang memfitnah, membenci, atau meninggalkan kita. Namun kita bisa memilih untuk tidak menjadi bagian dari kebisingan itu.

Tenang bukan berarti pasrah tanpa usaha. Tenang adalah bentuk tertinggi dari keimanan, karena kita percaya bahwa setiap yang terjadi sudah dalam rencana terbaik dari Allah SWT. Kita berusaha, kita tawakal. “Dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai Pelindung.” (QS. Al-Ahzab: 3).

Maka, jika hidup terasa terlalu bising, baik dalam dunia, dalam sosial media, bahkan dalam diri sendiri, berhentilah sejenak. Dengarkan keheningan. Dengarkan suara hati yang ingin damai. Dan kembalilah pada pengendalian diri. Karena sejatinya, ketenangan bukan dicari ke luar, tetapi dibangun dari dalam.[]

Husnul Khotimah

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button