Meneladani Ummul Mukminin Saudah Binti Zam’ah
Saudah termasuk wanita yang pandai membalas canda Rasulullah Saw, membuat beliau tersenyum dan pandai menyenangkan hatinya. Saudah selalu mengejar amal kebaikan dan ketaatan, berlomba-lomba mencari keridhaan Allah SWT. Bisa dikatakan Saudah contoh konkret dari implementasi Qur’an Surah Ali Imran ayat 133-136, yaitu termasuk orang-orang yang bersegera kepada ampunan Allah SWT, ketika mereka lapang, mereka banyak berinfak, namun ketika susah mereka tidak meremehkan perkara makruf meskipun kecil.
Setelah sebagian besar sahabat telah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw menyusul mereka untuk membangun negara Islam. Begitu juga Saudah ra menetap di Madinah bersama Nabi Saw. Tak lama kemudian, Nabi Saw membina rumah tangga dengan ‘Aisyah binti Abu Bakar.
Saudah selalu berusaha untuk menyenangkan hati Rasulullah Saw walaupun harus mengorbankan kesenangan pribadinya. Ia mengetahui wanita yang paling dicintai oleh beliau dari sekian banyak istri-istri adalah ‘Aisyah. Untuk itu, ia ingin sekali menyenangkan hati Rasulullah Saw, yaitu dengan memberikan jatah hari gilirannya kepada ‘Aisyah demi mendapatkan keridhaan Rasulullah Saw.
Sebagaimana yang diriwayatkan dalam sebuah hadits, ‘Aisyah ra berkata, “Jika Rasulullah Saw. hendak melakukan safar, beliau selalu mengundi istri-istrinya. Siapa yang keluar namanya, maka dialah yang menyertai beliau dalam perjalanan tersebut. Selain itu, beliau juga menggilir istri-istrinya setiap hari sehari semalam, kecuali Saudah. Ia memberikan hari gilirannya kepada ‘Aisyah, istri Nabi untuk menyenangkan Rasulullah Saw. (HR Bukhari)
Sikap itsar yang begitu luar biasa dan sangat jarang terjadi di dunia wanita itu membuat ‘Aisyah sangat kagum, sehingga ia sering sekali menyanjung Saudah ra dengan sanjungan yang tinggi.
‘Aisyah r.a berkata, “Aku tidak pernah menemukan seorang wanita yang lebih kusukai jika diriku menjadi dirinya, selain Saudah binti Zam’ah. Seorang wanita yang kekuatan jiwanya luar biasa.”
Ketika usianya semakin tua, ia memberikan hari gilirannya bersama Rasulullah Saw kepada ‘Aisyah ra. Saudah berkata, “Wahai Rasulullah Saw., aku hendak memberikan hari giliranku bersamamu kepada ‘Aisyah.” (HR Muslim)
Saudah juga seorang wanita yang dermawan dan murah hati, ia tidak pernah tergoda oleh kemewahan dan kesenangan dunia yang pasti sirna. Setiap kali ia mendapat harta, maka ia akan mengutamakan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Saat Berpisah
Hari yang memilukan dan menoreh kesedihan tiba, Rasulullah meninggal dunia. Sosok yang memiliki hati penyayang, cinta, kelembutan ilmu dan akhlak mulia telah tiada. Tetapi, Saudah tetap memegang teguh ajaran dan wasiat yang ditinggalkan oleh Rasulullah Saw. Saudah tetap taat beribadah, berpuasa dan shalat malam karena Allah SWT dan ia pun diberi umur panjang sampai masa pemerintahan Uman bin Khaththab. Barulah di akhir masa pemerintahan Umar, Saudah menutup mata untuk selama-lamanya
Islam sangat menekankan pendidikan dan pengajaran untuk kaum wanita, dan menekankan hak-haknya yang selaras dengan tabiat dan pembawaannya yang tidak pernah diperhatikan oleh umat manapun sepanjang sejarah dari sistem seperti itulah, akhlak mulia tercermin dari diri Saudah binti Zam’ah.[]
Haryani Chotijah, Aktivis Dakwah di Depok