Mengapa Kaum Mukmin Harus Berkuasa?
Ayat ini mendorong para pemimpin agar senantiasa menaati Allah dan Rasul-Nya. Bila menyeleweng, maka ia akan merusak kepemimpinannya sendiri. Para pemimpin yang sering melakukan dosa besar dan rakyatnya membiarkan, maka akan rusak masyarakat di situ. Pembunuhan, zina, minuman keras akan bertebaran di wilayah itu.
Menarik membaca nasihat Muhammad al Fatih tentang kepemimpinan. Ia memberi petuah, “Tak lama lagi aku akan menghadap Allah SWT. Namun aku sama sekali tidak merasa menyesal, sebab aku meninggalkan pengganti seperti kamu. Maka jadilah engkau seorang yang adil, saleh dan pengasih.
Rentangkan perlindunganmu terhadap seluruh rakyatmu tanpa perbedaan. Bekerjalah kamu untuk menyebarkan agama Islam sebab ini merupakan kewajiban raja-raja di bumi.
Kedepankan kepentingan agama atas kepentingan lain apapun. Janganlah kamu lemah dan lengah dalam menegakkan agama. Janganlah kamu sekali-kali memakai orang-orang yang tidak peduli agama menjadi pembantumu. Jangan pula kamu mengangkat orang-orang yang tidak menjauhi dosa-dosa besar dan larut dalam kekejian…
Oleh sebab ulama itu laksana kekuatan yang harus ada di dalam raga negeri, maka hormatilah mereka. Jika kamu mendengar ada seorang ulama di negeri lain, ajaklah dia agar datang ke negeri ini dan berilah dia harta kekayaan. Hati-hatilah jangan sampai kamu tertipu dengan harta benda dan jangan pula dengan banyaknya tentara. Jangan sekali-kali kamu mengusir ulama dari pintupintu istanamu. Janganlah kamu sekali-kali melakukan satu hal yang bertentangan dengan hukum Islam. Sebab agama merupakan tujuan kita, hidayah Allah adalah manhaj (pedoman) hidup kita dan dengan agama kita menang.
Ambillah pelajaran ini dariku. Aku datang ke negeri ini laksana semut kecil, lalu Allah karuniakan kepadaku nikmat yang demikian besar ini. Maka berjalanlah seperti apa yang aku lakukan. Bekerjalah kamu untuk meninggikan agama Allah dan hormatilah ahlinya. Janganlah kamu menghambur-hamburkan harta negara dalam foya-foya dan senang-senang atau kamu pergunakan lebih dari yang sewajarnya. Sebab itu semua merupakan penyebab utama kehancuran.” (Baca: Nasihat Natsir, Al Fatih dan Sayyidina Ali untuk Pemimpin)
Jauh sebelumnya Ali bin Abi Thalib pernah menulis nasihat kepada gubernurnya di Mesir (Malik bin Asytar). Diantara nasihatnya adalah:
“Hindarilah membanggakan diri sendiri dan menyakiti apa yang kamu kagumi dari dirimu, serta mencintai pujian. Karena hal itu merupakan kesempatan setan yang paling besar untuk menghapus kebaikan orang-orang yang baik.
Hindarilah menyebut-nyebut kebaikanmu kepada rakyatmu, melebih-lebihkan hasil pekerjaanmu, atau memberikan banyak janji kepada mereka namun tidak kamu tepati. Sesungguhnya menyebut-menyebut kebaikan akan merusak kebaikan tersebut. Melebih-lebihkan sesuatu akan menghilangkan cahaya kebenaran dan tidak menepati janji akan menyebabkan murka Allah dan manusia.
Allah SWT berfirman, ”Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan.” (QS. ash Shaff: 3)
Janganlah ragu untuk menuntaskan suatu hal sebelum waktunya tiba, dan putuskan segera saat waktu yang tepat telah datang. Jangan ngotot saat engkau melakukan kesalahan. Juga jangan terlambat saat engkau harus mengoreksi sebuah kesalahan.
Apabila banyak orang sudah berhasil menyetujui satu hal, jangan paksakan pandangan pribadmu atas mereka. Jangan menghindar dari konsekwensi kewajiban yang harus engkau penuhi. Tatapan mata orang banyak akan mengarah padamu dan engkau harus siap dengan segala jawaban pertanyaan apapun yang ditujukan kepadamu. Kelalaian memikul tanggungjawab aka nada ganjarannya sendiri.