NUIM HIDAYAT

Mengapa Kaum Mukmin Harus Berkuasa?

Merupakan sunnatullah bagi kehidupan, bahwa pemimpin diturunkan Allah agar manusia tidak terjerumus dalam lubang kehinaan. Tidak terperangkap dalam jebakan Iblis dan Syetan. Kepemimpinan yang dijiwai Al-Qur’an ini akan membawa manusia pada kemuliaan, keadilan dan kemakmuran. Ini adalah kepemimpinan yang sambung menyambung dari Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad Saw.

Sudah fitrahnya manusia perlu kepemimpinan, baik di kehidupan individu, keluarga, masyarakat, negara maupun dunia. Pemimpin yang terbaik ini akan menjadi teladan bagi manusia lainnya. Dalam hal ini para ahli berbagai disiplin ilmu harus mencari siapa yang paling tepat untuk mereka. Siapa pemimpin yang dapat menginspirasi kehidupan keluarga, masyarakat, negara maupun dunia. Bila salah dalam menentukan pemimpin, akibatnya bisa fatal. Tapi bila yang memilih para ahli berbagai disiplin ilmu, kemungkinan untuk salah itu sangat kecil.

Dunia yang kini dikuasai dajjal (peradaban Barat) memang perlu direvolusi. Barat telah gagal dalam memimpin manusia. Ideologi liberal Barat sangat terlihat kelemahannya. Begitu juga prinsip kebebasan yang mereka agung-agungkan, tidak membuat manusia bahagia. Barat yang memimpin manusia kurang dari ‘lima abad’ ini terlihat borok-boroknya di masa kini.

Kebebasan yang diagung-agungkan ternyata tidak membuat manusia bahagia. Manusia malah lelah dan tidak tentu arah ketika menjadikan kebebasan sebagai prinsip hidup. Kebebasan makan menjadikan banyak penyakit di tubuhnya. Kebebasan minum menjadikan akal mereka hilang. Kebebasan berhubungan badan menyebabkan banyak penyakit mematikan bermunculan. Kebebasan berpakaian menyebabkan wanita resah memilih mode dan minder. Kebebasan pemilikan senjata, menjadikan banyak negara menjadi korban keganasan militer Barat.

Prinsip kebebasan didengungkan Barat, seperti kita ketahui, karena di abad pertengahan Barat mengalami keterkungkungan dan kezaliman karena kepemimpinan gereja dan bangsawan saat itu. Para pemimpin di Barat saat itu kejamnya bukan main. Kaum cendekiawan yang mencoba menentangnya dihukum mati ‘dengan sadis’.

Maka kepemimpinan Islam beda dengan gereja. Kaum pendeta memimpin dengan akal dan nafsunya. Bibel tidak dijadikan rujukan sepenuhnya. Karena kalau mereka benar-benar menerapkan Bibel mereka akan kebingungan. Sebab banyak di buku Bibel kesalahan. Kalimat-kalimat di Bibel banyak yang diubah dari tahun ke tahun.

Maka jangan heran bila para pendeta dan anak buahnya melakukan kejahatan yang luar biasa dalam Perang Salib. Juga dalam perang mengusir kaum Muslim di Andalusia. Di negeri ini jumlah korban dikabarkan sekitar 500 ribu kaum Muslim terbunuh. Presiden Amerika George W Bush dengan para pendeta di sekelilingnya ketika memerangi Irak (2003) tidak kurang dari ‘satu juta orang terbunuh.’

Kaum Yahudi tidak kalah ganasnya dengan kaum Kristen/Katolik. Dari Oktober 2023 sampai sekarang lebih dari 100 ribu kaum Muslim terbunuh di Palestina. Negara Yahudi didirikan (1948) dengan mengucurkan ribuan darah kaum Muslimin dan mengusir jutaan rakyat Palestina.

Peradaban Barat yang dijiwai kaum Nasrani dan Yahudi kini terlihat gagal memimpin dunia. Kini dunia atau para ahli politik menengok kaum Muslim. Dapatkah kaum Muslim membenahi dunia yang semrawut sekarang ini?

Kita tahu dunia saat ini dunia materialistis. Yang dibanggakan adalah aspek materi. Aspek lahiriah belaka. Maka jangan heran lomba fashion show atau perlombaan wanita cantik dilakukan di berbagai negara. Kaum lelaki dilombakan dengan pamer otot atau ketampanan. Perlombaan senjata terus terjadi. Padahal mereka tahu bahwa makin banyak senjata berarti makin butuh banyak BBM. Dan itu dialami Amerika yang kebingungan untuk mencari BBM karena harus menjalankan puluhan kapal induk dan ribuan pesawat atau kapal selamnya. Sehingga akhirnya kaum Muslim Irak menjadi korban keganasan Barat gara-gara masalah minyak.

Nilai-nilai Barat juga runtuh saat ini. Pornografi dan pelacuran yang menjadi budaya Barat, kini para ahli menemukan bahwa pornografi merusak akal dan pelacuran merusak jiwa.

Para cendekiawan Islam pun kini menemukan bahwa yang dicari manusia di dunia bukanlah kebebasan tapi kebahagiaan. Kebahagiaan tidak tergantung pada aspek lahiriah, tapi muncul dalam jiwa yang jernih. Jiwa yang berkait erat dengan Sang Khaliq Yang Maha Membahagiakan manusia.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button