Mengapa Nadiem Tidak Melarang Perzinahan di Kampus?
Al-Qur’an menyatakan, ”Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS al Isra’ 32). Yang menarik ayat tentang larangan zina ini, diapit dengan dua ayat tentang larangan pembunuhan. “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” (QS al Isra’ 31). “Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara zalim, maka sungguh, Kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan.” (QS al Isra’ 33)
Dari tiga ayat al Isra’ ini, kita bisa mengambil hikmah, bahwa perzinahan ini dekat dengan pembunuhan. Akibat dari zina, banyak wanita yang membunuh bayinya (aborsi). Para pembunuh atau penjahat biasanya melampiaskan nafsu seksnya di tempat-tempat pelacuran. Di tempat kotor ini bercampur pula aktivitas minuman keras, pelecehan seksual/perzinahan dan seringkali ada perkelahian (pembunuhan). Dalam kehidupan, perbuatan buruk atau kejahatan akan berkelindan dengan kejahatan lainnya.
Nadiem nampaknya tidak berpikir jauh ke sana. Kehidupan lamanya di Singapura dan Amerika, menjadikan dirinya melihat perzinahan itu hal biasa. Yang penting ‘susu tante’, suka sama suka tanpa tekanan. Ia hanya melihat kehidupan ini, yang penting orang ‘bisa makan’. Kerja, kerja, kerja. Ia menganggap agama semua baik, bahkan orang yang tak beragama pun bisa baik, asal tidak berbuat ‘jahat’. Ia melihat orang Amerika dan Singapura banyak yang pintar, meski ada diantara mereka yang berzina atau meminum wine. Nadiem terkesima dengan ilmu, teknologi dan gedung-gedung yang megah di sana.
Nadiem tidak kritis melihat kehidupan di Amerika. Ia tidak menyadari kerusakan yang kini melanda Amerika. Tumbuhnya LGBT, banyaknya perzinahan/pornografi, kejahatan pemerintah Amerika terhadap negara lain (Irak), merebaknya minuman keras dll. Ini semua menjadikan banyak anak muda Amerika yang kini kehidupannya rusak.
Nadiem tidak sadar bahwa kini ia hidup di Indonesia. Hidup di masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Hidup di masyarakat yang mayoritas memegang teguh agamanya. Hidup di masyarakat yang beranggapan bahwa agama adalah landasan penting untuk kemajuan individu, masyarakat atau bangsa.
Mungkin Nadiem berpikiran bahwa zina tidak perlu diatur oleh peraturan menteri. Agama kan sudah melarangnya. Itu urusan pribadi. Kalau logikanya seperti itu, kenapa kekerasan seksual dibuat aturannya, bukankah agama juga melarangnya? Kekerasan seksual menyebabkan kemudharatan. Perzinahan juga menyebabkan kemudharatan.
Sadarlah Nadiem. Ajaklah para ulama atau intelektual Islam untuk berembuk soal ini. Jangan memaksakan kehendak. Dunia kampus itu dunia berpikir dan bermoral, bukan seperti dunia ojek yang mengutamakan uang semata. Dunia kampus bukan dunia pak turut.
“Pendidikan tanpa moral (akhlak), seperti kapal tanpa kompas, hanya terombang-ambing ke mana-mana,“ kata Martin Luther King JR.
Wallahu azizun hakim.
Nuim Hidayat, Dosen Akademi Dakwah Indonesia, Depok.