Mengapa Pemuda Islam ‘Cuek’ terhadap Agamanya?
وَاتَّقُوْا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللّٰهِ ۗثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ࣖ
“Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).” (QS. Al Baqarah ayat 281).
Sudah selayaknya pemikiran dan amal pemuda berlandaskan iman agar memilki nilai ibadah. Dirinya harus memahami bahwa Islam agama sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupannya, mulai dari bangun tidur sampai bangun negara. Membuang jauh pemikiran dan budaya Barat yang bertentangan dengan akidahnya. Ketakutan dirinya jika perjalanan hidup yang bertentangan dengan Islam menjauhkan dirinya pada ridha Allah.
Tak hanya itu, dirinya harus memahami bahwa ada kewajiban di pundaknya untuk menyeru kebenaran dan mencegah kemunkaran. Termasuk di dalamnya membela ajaran dan simbol Islam dari pelecehan dan penghinaan. Karena Islam baginya lebih berharga dibanding dirinya sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali- Imran :110)
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS Al-Maidah ayat 2).
Harga diri, harta, waktu dan tenaganya dipersembahkan hanya untuk Islam berkontribusi mewujudkan kejayaan Islam dan menebar kebaikan untuk seluruh umat.
Sebagaimana tuntunan Al-Qur’an yang menyebut pemuda sebagai sosok tangguh dan berani dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan kebatilan. Seperti Nabi Ibrahim pemuda penegak tauhid; Nabi Musa pemuda yang melawan kekuasaan diktator; Nabi Isa dan pengikutnya, berani mati membela agama Allah; Ashabul Kahfi yang menolak ajakan raja Dikyanus untuk menyembah berhala; dan sebagainya.
Sehingga pemuda Islam juga patut merenungkan pernyataan Imam Syafi’i, “Demi Allah , hidupnya pemuda itu dengan ilmu dan takwa, jika keduanya tidak ada, maka keberadaannya dianggap tidak ada“. Wallahu a’lam bish-shawab.
(Devi Eriyani)